A.
Pengertian Peta
Kata
peta berasal dari kata map yang berasal dari bahasa Yunani yaitu mappa
yang berarti taplak atau kain penutup meja. Secara umum pengertian peta adalah
gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil
dengan menggunakan skala tertentu. Skala
merupakan perbandingan antara keadaan sebenarnya dengan gambar yang dibuat.
Ilmu yang menpelajari tentang peta disebut Kartografi.
Fungsi dari peta antara lain :
1.
Menunjukkan
posisi atau lokasi suatu wilayah di permukaan bumi
2.
Menggambarkan
bentuk dan persebaran berbagai gejala di permukaan bumi
3.
Menggambarkan kondisi fisik dan kondisi
sosial suatu wilayah
Peta
dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai gejala yang terdapat di permukaan
bumi. Peta juga banyak digunakan oleh
instansi pemerintah maupun swasta. Contoh di bidang militer dapat digunakan
untuk menggambarkan keadaan suatu wilayah.
B.
Jenis-Jenis Peta
Peta
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu peta umum dan peta khusus
1.
Peta Umum
Peta umum menggambarkan
sebagian atau seluruh permukaan bumi secara umum, baik kenampakan alam maupun
buatan manusia. Peta umu terdiri dari peta topografi dan peta chorografi.
a.
Peta Topografi
Peta
topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi dengan
menggunakan garis-garis kontur. Garis kontur adalah garis-garis pada peta yang
menunjukkan perbedaan ketinggian suatu tempat. Peta topografi juga
menggambarkan kenampakan alam seperti pola aliran sungai dan morfologi, serta
kenampakan buatan manusia, misalnya jalan dan permukiman. Peta topografi
biasanya berskala besar yaitu 1 : 25.000 atau 1 : 50.000.
b.
Peta chorografi
Peta
chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sabagian permukaan bumi
yang bercorak umum. Peta chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau
sebagian permukaan bumi yang bercorak umum. Peta chorografi umumnya berskala sedang hingga kecil
yaitu antara 1 : 250.000 hingga di atas 1 : 1.000.000.
2.
Peta Tematik
Peta tematik menggambarkan fenomena atau objek di
permukaan bumi. Informasi yang dapat diambil dari peta topografi antara lain
garis lintang dan garis bujur, relief permukaan, batas-batas administrasi serta
nama-nama geografi. Contoh peta tenatik adalah peta kepadatan penduduk.
Berdasarkan skalanya peta dubedakan menjadi tiga, yaitu
peta skala besar dan kecil.
a.
Peta
skala besar adalah peta yang skalanya kurang dari 1 : 10.000. contohnya
peta-peta yang berhubungan dengan kepemilikan tanah.
b.
Peta
skala sedang adalah peta peta yang skalanya antara 1 : 10.000 dan
1: 250.000. contohnya
peta topografi.
c.
Peta skala kecil adalah peta yang
skalanya di atas 1 : 250.000. contohnya peta Indonesia.
C.
Komponen Peta
Komponen-komponen peta antara lain :
1.
Judul peta
Peta harus diberi judul
atau identitas yang mencerminkan isi peta. Judul dapat diletakkan di sebelah
kiri, tengah, atau sebelah kanan atas peta dengan tidak mengganggu peta utama.
Ukuran huruf judul disesuaikan dengan besarnya peta.
2.
Mata angin (petunjuk arah)
Mata angin biasanya
diletakkan di tempat yang kosong bergantung pada posisi peta maupun ruang yang
memungkinkan sehingga member kesan harmonis dan menarik.
U
B T
S
Gambar
1.1
Contoh
petunjuk arah
3.
Skala peta
Skala peta berfungsi menunjukkan perbandingan antara
jarak sebenarnya dan jarak pada peta. Penulisan skala dapat berupa skala angka
atau skala grafis. Contoh skala angka adalah 1 : 50.000 artinya 1 cm pada peta
sama dengan 50.000 cm atau 0,5 km di lapangan. Contoh skala grafis sebagai
berikut :
0 1 4 cm
0 2 8 km
Artinya, 1 cm pada peta sama dengan 2 km di lapangan.
4.
Simbol
Simbol merupakan tanda
untuk mengambarkan kenampakan atau objek dan letaknya di permukaan bumi dalam
peta. Secara umum simbol dibedakan
menjadi 4 kelompok yaitu sombol titik, garis, wilayah atau area dan warna.
Contohnya adalah sebagai berikut :
5.
Simbol titik
Digunakan untuk melambangkan kota, gunung, dan bandar
udara.
Gunung kota
6.
Garis
Digunakan untuk melambangkan
kenampakan alam atau budaya yang berbentuk garis.
Contohnya :
Jalan
7.
Wilayah
Digunakan untuk
melambangkan kenampakan alam atau budaya yang memiliki luas.
Contohnya :
Danau
Penggunaan
huruf pada peta mempunyai aturan tertentu yaitu :
a.
Nama wilayah atau tempat ditulis dengan
huruf tegak dan berwarna hitam.
b.
Nama bentuk-bentuk relief, misalnya
gunung dan bukit ditulis dengan huruf miring dan berwarna hitam.
c.
Nama wilayah perairan seperti sungai,
danau, dan laut ditulis dengan huruf miring berwarna hitam.
8.
Legenda
Legenda berisi keterangan symbol-simbol yang terdapat
dalam peta. Legenda biasanya diletakkan di bagian kiri atau kanan bawah peta di
dalam garis tepi.
9.
Garis astronomis
Garis
ini berfungsi untuk mengetahui posisi absolute suatu objek pada peta utama.
10. Garis
tepi
Garis ini membatasi ruang peta, umumnya berbentuk persegi
empat.
11. Sumber
peta
Dicantumkan
untuk meyakinkan pengguna bahwa peta tersebut berasal dari instansi yang
berkompeten dalam pembuatan peta seperti Bakosurtanal.
12. Tahun
pembuatan
Dicantumkan
untuk mengetahui waktu peta itu dibuat.
D.
Proyeksi Peta
Proyeksi
peta merupakan upaya memindahkan garis-garis paralel dan meridian dari bidang
lengkung (globe) ke bidang datar. Jenis proyeksi peta dibedakan menjadi dua
yaitu berdasarkan bisang proyeksi dan berdasarkan kedudukan bidang proyeksi.
1.
Proyeksi peta berdasarkan bidangnya
dibedakan menjadi tiga yaitu :
a.
Proyeksi bidang datar yaitu proyeksi
yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi.
b.
Proyeksi bidang kerucut yaitu proyeksi
yang menggunakan bidang kerucut sebagai bidang proyeksi.
c.
Proyeksi bidang silinder yaitu proyeksi
yang menggunakan bidang silinder sebagai bidang proyeksi.
2.
Proyeksi peta berdasarkan kedudukan
bidangnya dibedakan menjadi tiga yaitu :
a.
Proyeksi normal yaitu proyeksi peta yang
garis sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan sumbu bumi.
b.
Proyeksi miring yaitu proyeksi peta yang
garis sumbu bidang proyeksinya memotong sumbu bola bumi dan garis ekuator.
c.
Proyeksi transversal yaitu proyeksi peta
yang garis sumbu bidang proyeksinya berimpit dengan garis ekuator.
E.
Analisis Lokasi Industri
1.
Factor lokasi
Pertimbangan utama
suatu tempat dijadikan sebagai lokasi industry adalah untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dengan menekan biaya produksi sehingga kegiatan
industry dapat berjalan lancar.
Factor-faktor yang
mendukung penempatan suatu industry di suatu tempat agar dapat tumbuh
berkembang antara lain :
a.
Bahan mentah
Bahan mentah merupakan
factor terpenting dalam suatu proses produksi. Bahan mentah dapat berasal dari
pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Pada umumnya industry-industri didirikan dekat dengan
daerah penghasil bahan mentah.
b.
Sumber energy
Ketersediaan sumber
energy sangat penting terutama bagi industry-industri seperti industry
peleburan bijih besi yang memerlukan sumber energy panas yang sangat besar.
Sumber energy yang digunakan untuk kegiatan industry antara lain minyak bumi,
batu bara, gas alam, dan sisanya tenaga listrik, nuklir dan kayu.
c.
Tenaga kerja
Tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk kegiatan industry berhubungan dengan tingkat kualitas dan
kuantitasnya. Tenaga kerja yang terampil dalam bidangnya lebih membantu dalam
meningkatkan hasil produksinya.
d.
Ketersediaan air
Air antara lain
digunakan untuk mendinginkan mesin, sebagai bahan pencampur, dan untuk mencuci.
Industry yang membutuhkan suplai air yang banyak antara lain industry baja,
industry kertas, dan industry kimia.
e.
Transportasi
Transportasi memegang
peranan penting dalam rangka mengangkut bahan mentah ke pabrik dan
mendistribusikan hasil produksi ke pasar. Oleh karena itu suatu wilayah yang
mempunyai rute pengangkutan yang efisien akan lebih menarik untuk didirikan
suatu industry daripada wilayah yang rute transportasinya kurang efisien.
f.
Lahan
Lahan yang cukup luas dan datar pada umumnya menjadi
pilihan untuk dijadikan lokasi industry. Kondisi yang demikian akan memudahkan
dalam pembuatan bangunan industry serta sarana dan prasarana lainnya misalnya
prasarana transportas dan tempat pembuangan limbah.
g.
Nilai dan harga lahan
Makin dekat lokasi
dengan daerah perkotaan, makin tinggi harga lahan tersebut. Begitu juga
sebaliknya. Selain itu harga lahan juga dipengaruhi oleh jaringan transportasi.
h.
Manajemen
Di dalam suatu industry
kemampuan manajerial sangant penting untuk mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan dengan produktivitas perusahaan atau industry misalnya
mengelola suplai bahan baku, tenaga kerja, keuangan, harga, dan lain-lain.
i.
Pasar
Potensi pasar dapat
menentukan kelangsungan usaha industry. Potensi pasar sangat dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah penduduk dan daya beli. Jadi, makin banyak jumlah penduduknya,
makin tinggi daya beli masyarakat maka makin besar potensi pasarnya.
j.
Modal
Dalam suatu industry,
modal meliputi modal tetap yang antara lain berupa bangunan dan uang. Keduanya
sangat penting dalam menetapkan lokasi industry. Modal dapat diperoleh dari modal dalam negeri dan modal
asing.
k.
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah
yang dapat berpengaruh terhadap penempatan suatu lokasi industry pada umumnya
dituangkan ke dalam bentuk undang-undang. Perundang-undangan tersebut antara
lain berhubungan dengan ketentuan pajak, izin usaha, upah tenaga kerja,
penentuan lokasi industry, dan lain-lain.
2.
Orientasi Lokasi Industry
a.
Industry
yang berorientasi pada bahan baku
Industry yang berorientasi pada bahan baku adalah
industry yang dibangun dekat dengan persediaan bahan baku.
Factor-faktor yang menyebabkan suatu industry
berorientasi pada bahan baku antara lain
:
1)
Bahan
baku yang digunakan mudah rusak
2)
Pengangkutan
bahan baku lebih mahal daripada pengangkutan barang jadi
3)
Volume
bahan baku lebih berat daripada produk yang dihasilkan.
b.
Industry
yang berorientasi pada tenaga kerja
Industry yang berorientasi pada tenaga kerja adalah industry
yang didirikan di tempat-tempat pemusatan penduduk, misalnya industry tekstil.
Factor-faktor yang menyebabkan suatu industry
berorientasi pada tenaga kerja antara
lain :
1)
Banyak
menbutuhkan tenaga kerja yang murah
2)
Banyak
menbutuhkan tenaga kerja yang terampil.
c.
Industry yang berorientasi pada pasar
Industry yang berorientasi pada pasar adalah industry
yang didirikan dekat dengan konsumen, misalnya industry makanan dan minuman.
Factor-faktor yang
menyebabkan suatu industry berorientasi pada pasar antara lain :
1)
Biaya
pengangkutan barang jadi lebih mahal daripada pengangkutan bahan baku
2)
Produk yang dihasilkan mudah rusak
3)
Produk
yang dihasilkan memerlukan daerah pasaran yang luas
4)
Bahan baku yang dibutuhkan dapat tahan
lama
.
d.
Industry
yang berorientasi pada sumber energi
Industry yang berorientasi pada sumber energy pada
umumnya merupakan kelompok industry sekunder. Makin besar energy yang
dibutuhkan suatu industry makin besar ketergantungannya pada ketersediaan
sumber energy.
3.
Teori Lokasi
Teori
lokasi bertujuan untuk menemukan lokasi yang optimal untuk mendirikan
perusahaan atau industry dengan cara yang logis dan memperhitungkan hubungan
antardaerah kegiatan ekonomi.
F.
Anglomerasi Industri
Anglomerasi
industry adalah pemusatan berbagai macam industry dalam suatu wilayah agar
dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada berbagai industry pada
wilayah tersebut.
1.
Factor-Faktor Penyebab Anglomerasi
Industri
a.
Hubungan produksi
Dalam hubungan produksi
terdapat barang-barang bergerak dari satu perusahaan ke perusahaan lain sebagai
bagian dari proses produksi.
b.
Hubungan pelayanan
Salah satu kebutuhanyang
diperlukan oleh suatu perusahaan atau industry adalah adanya hubungan pelayanan
dari perusahaan lain. Termasuk jasa pemnersihan, penyediaan makanan, dan
pengantar surat.
c.
Hubungan pemasaran
Hubungan yang dimaksud
disini adalah hubungan antara perusahaan yang akan membuat kemasan, para
tengkulak, dan agen-agen penjualan. Hubungan tersebut sangat penting dalam
rangka mendistribusikan hasil produksi sampai kepada konsumen.
2.
Keterkaitan Sarana dan Prasarana
Transportasi dengan Anglomerasi Industri
Adanya sarana dan
prasarana transportasi yang memadai memudahkan perusahaan mengangkut bahan baku
ke pabrik dan mendistribusikan hasil produksi ke pasar. Oleh karena itu
transprtasi menjadi alasan untuk mendirikan industry di daerah sepanjang jalan,
di sekitar pelabuhan, dan stasiun.
G.
Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
1.
Kawasan industry
Adalah suatu kawasan
atau wilayah yang menjadi tempat pemusatan kegiatan industry pengolahan. Tujuan
dibentuknya kawasan industry antara lain sebagi berikut,
a.
Mempercepat pertumbuhan industry
b.
Memberikan kemudahan bagi kegiatan
industry, misalnya lokasi, perizinan, serta sarana dan prasarana.
c.
Mendorong
kegiatan industry agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut
d.
Menyediakan
fasilitas lokasi industry yang berwawasan lingkungan.
2.
Kawasan Berikat
Adalah suatu kawasan
dengan batas-batas tertentu di dalam wilayah pabean. Kawasan berikat dapat
berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, serta pengolahan barang yang
berasal dari dalam dan luar negeri. Kawasan berikat terdapat di Tanjung Priok,
Jakarta
H.
Dampak Pembangunan Industri
1.
Dampak Positif
a.
Meningkatkan pemasukan devisa Negara
b.
Menyerap tenaga kerja
c.
Meningkatkan pendapatan masyarakat
d.
Terbukanya
usaha-usaha di sector informal
e.
Mengurangi kebergantungan pada produk
luar negeri.
2.
Dampak Negatif
a.
Berkurangnya lahan pertanian
b.
Pencemaran lingkungan
c.
Terjadinya arus urbanisasi
d.
Terjadi perubahan perilaku masyarakat
BAB II
PENGINDERAAN JAUH DAN SYSTEM INFORMASI
GEOGRAFI (SIG)
Standar Kompetensi
Memahami pemanfaatan citra penginderaan jauh dan Sistem
Informasi Geografi (SIG).
Kompetensi dasar
2.1 Menjelaskan
pemanfaatan citra penginderaan jauh
2.2 menjelaskan
pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG).
A. Penginderaan
Jauh (Indraja)
Menurut
Lilllesand dan Keifer, Indraja adalah ilmu atau teknik dan seni untuk
mendapatkan informasi tentang objek wilayah atau gejala dengan cara
menganalisis data-data yang diperoleh dari suatu alat tanpaberhubungan langsung
dengan objek, wilayah, atau gejala yang sedang dikaji.
B. Komponen
indraja
1.
Sumber tenaga
Sumber tenaga dalam
proses indraja terdiri dari tenaga alamiah dan tenaga buatan. Tenaga alamiah
adalah sinar matahari, sedangkan tenaga buatan adalah gelombang mikro. Fungsi
tenaga itu adalah untuk menyinari obkek permukaan bumi dan memantulkannya pada
sensor.
2.
Atmosfer
Molekul-molekul gas
yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan
melewati radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu di dalam indraja terdapat
istilah jendela atmosfer yaitu bagian spectrum gelombang elektromagnetik yang
dapat mencapai bumi.
3.
Interaksi antara tenaga dan objek
Setiap objek memiliki karakteristik yang berbeda dalam
memantulkan dan memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang memiliki pantulan
tinggi akan terlihat cerah pada citra sedangkan objek dan daya pantulnya rendah
akan terlihat gelap pada citra.
4.
Sensor dan wahana
a.
Sensor
Berdasarkan
proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1)
Sensor fotografik merekam objek melalui
proses kimiawi yang dapat dipasang pada pesawat maupun satelit. Sensor
fotografik yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra foto (foto udara
), sedangkan jika dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit).
2)
Sensor elektronik
Merupakan sensor yang bekerja secara elektronik dalam
bentuk sinyal. Sensor elektronik ini menghasilkan citra
indraja atau citra.
b.
Wahana
Wahana
adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data
indraja. Wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
1)
Pesawat terbang rendah sampai menengah
yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya antara 1.000 m dan 9.000 m di atas
permukaan bumi.
2)
Pesawat terbang tinggi yaitu pesawat
yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m di atas permukaan bumi.
3)
Satelit yaitu wahana yang ketinggian
peredarannya antara 400 km sampai 900 km di atas permukaan bumi.
5.
Perolehan data
Data indraja diperoleh dengan cara manual atau
dengan cara numeric. Secara manual dapat diperoleh dengan interpretasi citra.
Sedangkan secara numeric data diperoleh dengan menggunakan computer.
6.
Penggunaan data
Pengguna
data yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan informasi hasil indraja.
C. Citra
Citra
indraja adalah ganbaran suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari
sebuah sensor baik dengan cara optic, elektrooptik, mauoun elektronik. Citra dibedakan menjadi dua yaitu citra foto dan citra
nonfoto.
1.
Citra foto
Citra
foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan
dengan mengguanakan kamera. Citra foto dibedakan atas dasar spectrum
elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera,
jenis kamera, warna yang digunakan, dan system wahananya.
a.
Berdasarkan Spektrum elektromagnetik
yang digunakan dapat dibedakan menjadi citra foto ultraviolet, citra foto
ortokromatik, citra foto pankromatik, citra inframerah asli, dan citra foto
inframerah modifikasi. Dari kelima jenis citra foto tersebut yang paling banyak
digunakan adalah citra foto pankromatik.
b.
Berdasarkan
Posisi sumbu kamera dapat dibedakan menjadi citra foto vertical dan citra foto
condong.
c.
Berdasarkan
sudut liputan kamera dapat dibedakan menjadi sudut kecil, sudut normal, sudut
lebar, dan sudut sangat lebar.
d.
berdasarkan
jenis kamera dapat dibedakan menjadi citra foto tunggal dan citra citra foto
tunggal.
e.
Berdasarkan
system wahana dapat dibedakan menjadi citra foto udara dan citra foto tunggal.
2.
Citra nonfoto
Citra
nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh
sensor bukan kamera dengan cara memindai (scaning). Citra nonfoto dapat
dibedakan menjadi atas dasar :
a.
Berdasarkan spectrum elektromagnetik
yang digunakan dapat dibedakan menjadi citra inframerah termal, citra radar,
dan citra gelombang mikro.
b.
Berdasarkan sensor yang diguanakan dapat
dibedakan menjadi citra tunggal dan citra multispectral.
c.
Berdasarkan wahana yang digunakan dapat
dibedakan menjadi citra dirgantara dan citra satelit.
D. Interpretasi
Citra
Interpretasi
citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek
pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut.
1.
Unsure interpretasi citra
Terdapat 8 unsur atau karakteristik interpretasi citra
secara bertingkat, yaitu :
a.
Rona dan warna
Rona
adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra.
b.
Bentuk
Bentuk
mencerminkan konfigurasi atau kerangka objek, baik bentuk umum maupun bentuk
rinci untuk mempermudah pengenalan benda. Misalnya bangunan rumah umumnya
berbentuk seperti huruf I, U, L atau persegi panjang.
c.
Ukuran
Termasuk
dalam unsure ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, atau
kemiringan. Ukuran juga menjadi pembeda dengan objek sejenis lainnya. Misalnya
ukuran rumah berbeda dengan ukuran gedung sekolah atau kantor.
d.
Tekstur
Testur adalah frekuensi perubahan atau pengulangan rona pada
citra. Tekstur dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu halus, sedang, dan kasar. Contohnya
hutan bertekstur kasar, semak-semak bertekstur halus.
e.
Pola
Pola
adalah kecenderungan bentuk suatu objek, misalnya pola aliran sungai, pola
pemukiman penduduk. Contohnya dalam pola aliran sungai dikenal pola dendritik,
sentrifugal sedangkan pada pemukuman penduduk dikenal pola linear, bergerombol,
dam menyebar.
f.
Bayangan
Bayangan sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Misalnya
apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari bayangan ada di sebelah barat dan
pada siang hari bayangan objek tidak tampak. Maka bayangan
dapat digunakan untuk menentukan arah orientasi foto.
g.
Situs
Situs
adalah tempat kedudukan suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya
daerah persawahan terdapat di datarn rendah.
h.
Asosiasi
Asosiasi
dalah hubungan antara suatu objek dan objek lain di sekitarnya. Misalnya
perkampungan biasannya dekat dengan jalan dan lahan pekarangan yang ditumbuhi
tanaman.
2.
Teknik
interpretasi citra
Teknik interpretasi citra adalah cara khusus untuk
melaksanakan metode indraja secara ilmiah. Cara-cara interpretasi
ilmiah tersebut terdiri atas :
a.
Data acuan
Data
acuan dapat berupa kepustakaan, peta, hasil kerja lapangan, atau data-data lain
yang sifatnya melengkapi data yang terdapat pada citra.
b.
Kunci interpretasi
Kunci
interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasikan, diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan.
c.
Penanganan data
Data
yang tersimpan pada citra harus dijaga agar tidak menimbulkan goresan atau
terhapus maka perlu penanganan serius terhadap setiap citra.
d.
Pengamatan stereoskopis
Pengamatan
stereoskopis adalah kegiatan menafsir citra dengan menggunakan alat bantu yang
dinamakan stereoskop.
e.
Metode pengkajian
Metode
pengkajian adalah suatu cara yang bersistem dalam menelaah atau melakukan
penyelidikan terhadap objek.
f.
Penerapan konsep
Cara
perolehan dan analisis data indraja dikenal dengan konsep multi, yaitu
multispektrum, multitingkat, multitemporal, multiarah, multipolarisasi, dan
multidisiplin.
E. Manfaat
Indraja
Penerapan
teknologi indraja antara lain sebagai berikut.
1.
Bidang kependudukan
Untuk memetakan
distribusi spasial penduduk selain itu bermanfaat untuk meneliti dampak
keberadaan manusia dalam lingkungan hidup.
2.
Bidang meteorology dan klimatologi
Malakukan perekaman
terhadap pola awan guna mengetahui bidang pergerakan tekanaan udara serta
melakukan perekaman terhadap tingkat perawanan dan kandungan air di udara untuk mengetahui keadaan cuaca dan iklim.
3.
Bidang pemetaan
Kegiatan pemetaan yang
umum dilakukan sekarang dengan menggunakan indraja adalah antara lain pemetaan
penggunaan lahan.
F. Perbedaan
Antara Peta dan Citra
Perbedaan-perbedaan
tersebut terdapat pada table di bawah ini :
No
|
Factor Pembeda
|
Peta
|
Citra
|
1.
|
Waktu
pembuatan
|
Lama, karena merupakan hasil penggambaran yang berulang
dengan teknik tertentu
|
Sebentar, karena merupakan hasil pemotretan langsung
terhadap permukaan bumi
|
2.
|
Bentuk
|
Merupakan
gambar dua dimensi
|
Merupakan gambar tiga dimensi jika dilihat jika dilihat
secara stereoskopis
|
3.
|
Objek/gambar
|
Berupa
lambing/symbol yang
dapat
mewakili objek di permukaan bumi.
|
Merupakan gambar objek di permukaan bumi yang
sebenarnya.
|
4.
|
Komponen
penjelas
|
Terdapat
komponen-komponen tertentu yang dapat menjelaskan isi peta, antara lain
judul, symbol, skala, dan arah angin
|
Tidak ada komponen-komponen penjelas. Oleh karena itu
perlu interpretasi terlebih dahulu untuk mengetahui isi citra.
|
5.
|
Hasil
|
Dapat dibaca/digunakan oleh setiap orang tanpa alat
bantu.
|
Tidak dapat dibaca/digunakan oleh setiap orang.
Memerlukan alat bantu untuk menafsir objek dalam citra.
|
G.
Konsep
Dasar System Informasi Geografi (SIG)
1.
Pengertian SIG
a.
System inforrmasi geografi adalah system
yang berbasis computer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi
informasi-informasi geografi (Aronaff, 1989).
b.
System inforrmasi geografi adalah suatu
system perangkat yang dapat melakukan pengumpulan, penyimpanan, pengambilan
kembali, pengubahan, dan penayangan dari data-data keruangan untuk
kebutuhan-kebutuhan tertentu (Burrough, 1986).
c.
System inforrmasi geografi adalah system
berbasis computer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan
menganalisis informasi geografi (Petrus Paryono).
d.
System inforrmasi geografi adalah system
computer yang dugunakan untuk memanipulasi data geografi (Bernhardsen, 1992).
e.
System inforrmasi geografi adalah system
yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan
deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang
ditemukan di lokasi tersebut (J. Raper, 1994).
System inforrmasi geografi terdiri dari 4 subsistem pokok
yaitu :
1.
Subsistem masukan
Fungsinya adalah
mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber.
2.
Subsistem penyimpanan
Fungsinya adalah
mengorganisasikan data, baik secara spasial maupun data atribut ke dalam basis
data.
3.
Subsistem pengolahan dan pengkajian
Fungsinya adalah
menetukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG selain itu
juga melakukan pengolahan dan pemodelan
data.
4.
Subsistem penyajian
Fungsinya adalah
menampilkan data dan hasil dari pengolahannya, baik sebagian maupun seluruhnya.
2.
Komponen SIG
a.
Data
1)
Data spasial
Data spasial adalah
grafis yang mengidentifikasikan kenampakan lokasi geografi berupa titik dan
poligin.
2)
Data atribut
Data atribut adalah
data yang berupa penjelasan dari setiap fenomena yang terdapat di permukaan
bumi.
b.
Perangkat keras
Perangkat
keras (hardware) adalah perangkat-perangkat fisik yang digunakan dalam system
computer yang terdiri dari CPU, RAM, monitor, plotter, harddisc, digitzer,
keyboard, disket, printer, dan scanner.
c.
Perangkat lunak
Perangkat
lunak (softwear) adalah program yang digunakan untuk mengoperasikan SIG.
beberapa program tersebut antara lain Arc View, Arc Info, ERDAS, dan ILWIS.
Perangkat lunak tersebut berfungsi untuk memasukkan data dan mengecek data,
menyimpan data dan mengecek data, menyimpan data, memperoleh data hasil dan
presentasi, serta manipulasi data.
d.
Manajemen
Manajemen merupakan perangkat dalam SIG yang terdiri atas
sumber daya manusia.
H. Tahapan
Kerja SIG
1.
Masukan Data
Masukan
data terdiri atas :
a.
Sumber data
1)
Data penginderaan jauh
Berupa citra nonfoto maupun foto.
2)
Data teristris
Data
teristris adalah
data yang diperoleh lansung dari pengukuran lapangan seperti PH tanah,
salinitas air, curah hujan, dan lain-lain.
3)
Data peta
Data
peta adalah data yang sudah dalam bentuk peta yang siap digunakan.
b.
Proses pemasukan data
1)
Data spasial
Untuk memasukkan data spasial ke dalam SIG dapat
dilakukan dengan cara,
a)
Digitasi
Proses
digitasi terdiri atas empat tahapan yaitu,
-
Penyiapan peta yang akan digitasi
-
Menentukan koordinat peta
-
Mengedit
data sebelum disimpan ke dalam data kasar
-
Memasukkan atribut dengan kode
b)
Penyiaman (scanning)
Penyiaman dapat dilakukan dengan menggunakan detector elektronik
yang dapat bergerak. Data spasial dapat dibedakan menjadi,
a)
Model data raster
Data
raster adalah data yang dibentuk oleh kumpulan sel atau pixel. Pixel adalah
bagian terkecil yang masih dapat digunakan dalam sebuah citra. Pixel adalah bagian terkecil yang masih dapat digambarkan
dalam sebuah citra.
b)
Model data vector
Data
vector merupakan model data yang dapat digunakan untuk menggambarkan informasi
geografi secara tepat.
2)
Data Atribut
Data
atribut dapat berupa,
a)
Data kualitataif
Data
kualitatif adalah data hasil pengamatan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
deskriptif. Contohnyapada peta tata guna lahan antara lain permukiman,
sawah, hutan, dan lain-lain.
b)
Data kauntitatif
Data
kuantitatif adalah data hasil pengamatan atau pengukuran yang dinyatakan dalam
bilangan. Contohnya data panjang jalan,
2.
Manipulasi
dan Analisis Data
Manipulasi
data adalah kegiatan yang meliputi antara lain membuat basis data baru,
menghapus basis data, membuat table basis data, mengisi dan menyisipkan data ke
dalam table, mengubah dan mengedit data serta membuat indeks untuk setiap basis
data.
3.
Penyajian Data
Subsistem
penyajian data berfungsi untuk menayangkan informasi atau hasil analisis data
geografis. Informasi yang
dihasilkan dapat berupa peta, table, grafik, bagan,dan hasil perhitungan.
I.
Manfaat dan Penerapan SIG
Model-model aplikasi SIG antara lain sebagai berikut :
1.
Identifikasi lahan untuk rehabilitasi
SIG
Data
yang digunakan dalam identifikasi lahan potensial untuk rehabilitasi mangrove
adalah peta lereng pantai, bentuk pantai, liputan penggunaan lahan pantai, kedalaman
laut, pasang surut, dan lain-lain. Lahan potensial untuk rehabilitas hutan
mangrove diperoleh dengan cara tumpang susun peta-peta pendukung tersebut dan
menilai kualitas masing-masing unit pemetaan.
2.
Mentukan arah fungsi pemanfaatan lahan
Penerapan
SIG untuk fungsi pemanfaatan lahan diterapkan berdasarkan tiga factor yaitu
kemiringan lahan, jenis tanah dan kepekaan terhadap erosi serta curah hujan
rata-rata harian. Melalui metode tertentu penetapan arah fungsi pemanfaatan
lahan dilakukan dengan menjumlahkan nilai ketiga factor tersebut pada tiap
satuan lahan. Berdasarkan jumlah nilai pada tiap satuan lahan, arah fungsi
pemanfaatan lahan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu kawasan fungsi lindung,
kawasan fungsi penyanggam kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan, dan kawasan
budidaya tanaman musiman.
BAB 3
INTERAKSI DESA DENGAN KOTA
Standar kompetensi
Menganalisis
wilayah dan pewilayahan
Kompetensi dasar
3.1 Menganalisis peta persebaran, spasial, serta
interaksi spasial antara desa dan kota
A.
Pola Keruangan Desa
1.
Pengertian Desa
Pengertian desa antara lain sebagai berikut :
a.
Undang-undang No. 5 tahun 1979 pasal 1
Desa
adalah suatu wilayah yang ditempat oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di
bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangga dalam ikatan Negara
kesatuan Republik Indonesia.
b.
Sutardjo Kartohadikusumo
Desa
adalah suatu kesatuan hokum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
c.
S.D. Mirsa
Desa tidak hanya kumpulan tempat tinggal, tetapi juga
kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya 50-1.000
hektare.
d.
William Ogburn dan M..E Nimkoff
Desa
adalah keseluruhan organisasi kehidupan social di dalam daerah yang terbatas.
e.
Paul H. Landis
Desa
adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri
sebagai berikut,
-
Mempunyai
pergaulan hidup yang saling mengenal
-
Adanya
ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan
-
Cara
berusaha bersifat agraris dan sangat dipengaruhi oleh factor-faktor alam,
seperti iklim, topografi, dansumber daya
alam.
f.
R. Bintarto
Desa
merupakan hasil perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsure-unsur
fisiografi, social, ekonomi, politik, dan cultural yang terdapat di suatu
daerah serta memiliki hubungan timbale balik dengan daerah lainnya.
2.
Unsure-Unsur Desa
a.
Wilayah
Wilayah atau daerah
merupakan tempat bagi manusia untuk dapat melakukan berbagai aktivitas baik
social, ekonomi, maupun budaya. Pemilihan daerah atau wilayah sebagai tempat
berbagai aktivitas tersebut sangat dipengaruhi oleh factor iklim, topografi,
keadaan tanah, dan air.
b.
Penduduk
Dalam upaya
mengembangkan wilayah penduduk akan bertindak sebagai tenaga kerja, perencana,
atau pelaksana sekaligus yang akan memanfaatkan segala potensi yang ada.
Hal-hal penting yang berkaitan dengan kependudukan dalam suatu wilayah antara
lain, pertumbuhan, jumlah, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian
penduduk.
c.
Perilaku
Perilaku kehidupan pedesaan meliputi pola tata pergaulan
dan ikatan-ikatan yang melatarbelakangi masyarakat desa. Perilaku
masyarakat desa ditunjukkan oleh adanya ikatan antarwarga yang sangat erat.
3.
Ciri-Ciri
Desa
a.
Kehidupan
masyarakatnya sangat erat dengan alam
b.
Pertanian sangat bergantung pada musim
c.
Desa
merupakan kesatuan social dan kesatuan kerja
d.
Struktur ekonomi bersifat agrarian
e.
Hubungan
antar masyarakat desa berdasarkan ikatan kekeluargaan yang erat
f.
Perkembangan social relative lambat dan
social control ditentukan oleh moral dan hukum informal
g.
Norma agama dan hokum adat masih kuat
Menurut Rouceck
dan Warren,
a.
Kelompok penduduk bermatapencaharian
utama di daerah tertentu dan mempunyai peran yang cukup besar.
b.
Komunikasi
keluarga terjalin secara langsung, mendalam, dan informal
c.
Suatu
kelompok dibentuk berdasarkan factor geografi
d.
Hubungan masyarakat bersifat
kekeluargaan
e.
Mobilitas penduduk rendah, baik
mebilitas, horizontal, maupun social
f.
Keluarga di pedesaan yang masih
tradisional memiliki banyak fungsi, khususnya sebagai unit ekonomi.
Menurut Dirjen
Pembangunan wilayah pedesaan,
a.
Perbandingan
tanag dengan manusia yang besar
b.
Sebagian
besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani
c.
Penduduknya masih bersifat tradisional.
4.
Perkembangan Desa
Tingkat
perkembangan desa merupakan keadaan tertentu yang dicapai oleh penduduknya
dalam menyelenggarakan kehidupan dan mengelola sumber daya yang ada. Tingkat perkembangan desa dapat dinilai berdasarkan tiga
factor yaitu, factor ekonomi, factor sosio kultur, dan factor prasarana.
a.
Desa swadaya
Desa
swadaya adalah desa yang masih bersifat tradisional, dicirikan antara lain
oleh,
1)
Adat istiadat yang bersifat mengikat
terhadap berbagai kegiatan manusia
2)
Hubungan antarmanusia sangat erat
3)
Pengawasan social dilakukan oleh
keluarga
4)
Mata pencaharian penduduk pada umumnya
sejenis dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer
5)
Teknologi
yang digunakan masih sederhana sehingga tingkat produktivitasnya rendah
6)
Keadaan
sarana dan prasarana masih sangat kurang.
b.
Desa Swakarya
Desa
swakarya adalah desa sedang mengalami transisi dengan cirri-ciri :
1)
Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir.
2)
Bertambahnya lapangan pekerjaan sehingga
mata pencaharian penduduk berkembang dari sector primer ke sector sekunder.
3)
Produktivitas mulai meningkat.
4)
Sarana dan prasarana desa makin
meningkat.
c.
Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang lebih maju dengan ciri-ciri
:
1)
Adat istiadat masyarakat sudah tidak
mengikat
2)
Hubungan antarmanusia bersifat rasional
3)
Mata
pencaharian penduduk beraneka ragam dan bergerak ke sector tersier
4)
Teknologi
baru bener-bener dimanfaatkan sehingga produktivitas tinggi
5)
Sarana dan prasarana lengkap.
5.
Identifikasi
Potensi dan Fungsi Desa dalam Kaitannya dengan Perkembangan Desa dan Kota
a.
Potensi Desa
Potensi
desa adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki
desa. Secara umum potensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
1)
Potensi fisik
Potensi fisik adalah
segenap sumber daya alam yang terdapat di desa dan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi kelancaran, kelangsungan, dan perkembangan desa. Potensi fisik
meliputi :
a)
Tanah
Tanah
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian juga di dalamnya terkandung berbagai
bahan tambang.
b)
Air
Air
dapat dimanfaatkan antara lain untuk kepentingan rumah tangga, irigasi, dan
perikanan.
c)
Iklim dan angin
Iklim
berpengaruh terhadap perencanaan waktu tanaman dan jenis tanamannya. Angin dapat
dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak kincir untuk keperluan perairan.
d)
Manusia
Manusia berfungsi sebagai tenaga kerja dalam mengolah
alam.
e)
Ternak
Ternak
memiliki potensi sumber tenaga yang dapat dimanfaatkan bagi petani. Contohnya
sapi, kerbau, kuda yang dapat dipekerjakan dalam mengolah sawah dan sebagai
tenaga pengangkut.
2)
Potensi non fisik
Potensi non fisik
adalah segenap potensi sumber daya social dan budaya yang terdapat di desa.
Potensi non fisik meliputi :
a)
Gotong royong
Kehidupan
yang bersifat gotong royong merupan potensi yang sangat kuat dalam rangka
pembangunan desa.
b)
Lembaga dan organisasi social
Lembaga
dan organisasi social serta lembaga pendidikan yang ada di desa merupakan
potensi positif bagi pembangunan desa.
c)
Aparatur pemerintahan
Perangkat
pemerintahan desa merupakan potensi yang sangat menentukan kelancaran system
pemerintahan.
b.
Fungsi Desa
1)
Desa
sebagai sumber bahan mentah bagi kota
2)
Desa
sebagai sumber tenaga kerja bagi manusia
3)
Desa
sebagai mitra pembangunan wilayah kota
4)
Desa
merupakan hinterland, yaitu daerah penyokong atau penyuplai kebutuhan
masyarakat kota .
6.
Bentuk dan Pola Desa
Bentuk dan pola desa sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan geografinya.
a.
Letak Desa
Letak desa dipengaruhi oleh kondisi topografi. Contohnya
desa-desa yang terletak di dataran rendah memiliki pola persebaran yang lebih
teratur dibanding desa-desa yang terletak di perbukitan.
b.
Iklim
Desa-desa yang
dipengaruhi unsure-unsur iklim yang baik akan mudah diadaptasi dan lebih cepat
berkembang. Namun desa-desa yang dipengaruhi oleh iklim yang cenderung ekstrim
akan sulit berkembang.
c.
Tanah
Kesuburan tanah akan
mempengaruhi produktivitas lahan khususnya untuk kegiatan pertanian. Desa yang
tanahnya subur pola permukiman penduduknya cenderung mengelompok di sekitar
arela pertanian, begitu pula sebaliknya.
d.
Air
Desa-desa yang memiliki
air tanah yang dangkal cenderung membentuk pola permukiman penduduknya megelompok.
Secara
umum bentuk dan pola desa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu,
a.
Pola Memanjang
Bentuk desa memanjang
biasanya mengikuti jalan, sungai, rel kereta api, atau pantai.
b.
Pola Mengelompok
Pola desa mengelompok
biasanya terdapat pada pola daerah yang memiliki tanah yang subur.
c.
Pola Tersebar
Pola desa tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau
daerah gunung api.
7.
Struktur
Tata Ruang Desa
Tata
ruang adalah pola pemanfaatan ruang atau lahan, baik direncanakan maupun tidak
untuk dijadikan tempat tinggal dengan memanfaatkan lingkungannya demi kelangsungan
hidup penduduk.
Pola tata ruang desa dapat dibedakan menjadi empat bentuk
seperti berikut.
a.
Tata ruang pada desa memanjang
Di
wilauah pesisir dapat berkembang pola tata ruang desa nelayan yang memanjang. Pola tata ruang ini terbentuk karena desa nelayan yang
satu akan bersambung dengan desa nelayan yang lain. Meskipun tata ruang pantai
berkembang tetapi umumnya tetap mempertahankan tempat-tempat tertentu misalnya
pasar ikan.
b.
Tata
ruang pada desa yang terpusat
Tata ruang pada desa yang terpusat berpotensi besar
untuk berkembang secara luas. Bertambahnya penduduk baik karena pendatang
maupun kelahiran mendorong terjadinya perluasan wilayah ke segala arah.
c.
Tata ruang pada desa yang linear
Tata
ruang pada desa yang limear terdapat di dataran rendah. Pola seperti ini sangat
mungkin mengalami pemekaran meskipun tanpa direncanakan. Hal ini disebabkan
oleh adanya akses ke wilayah lain sehingga cepat atau lambat tanah pertanian
mengalami perubahan fungsi menjadi daerah permukiman baru.
d.
Tata ruang pada desa yang mengelilingi
fasilitas tertentu
B.
Pola Keruangan Kota
1.
Pengertian Kota
Berikut
ini merupakan beberapa definisi tentang kota.
a.
Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 2 Tahun 1987 pasal 1, kota pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang
mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan serta
permukiman yang telah memperlihatkan watak dan cirri kehidipan perkotaan.
b.
Menurut Prof. Bintarto, kota merupakan
system jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
diwarnai dengan strata social ekonomi yang heterogen dan coraknya yang
materialistis. Kota memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Ciri-ciri fisik
a)
Terdapat
tempat-tempat untuk pasar dan perkotaan.
b)
Terdapat tempat-tempat untuk parker
c)
Terdapat
tempat-tempat untuk rekreasi dan olahraga
2)
Ciri-ciri social
a) Masyarakatnya
heterogen
b) Individualism
dan materialistic
c) Mata
pencaharian masyarakat non-agraris
d) Corak
kehidupan bersifat gesellscaft (patembayan)
e) Pandangan
hidup masyarakat lebih rasional
f)
Adanya
kesenjangan social yang mencolok antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin.
c.
Menurut
Max Weber, kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya di pasar local.
d.
Menurut
Louis Wirth, kota merupakan suatu permukiman besar, padat, dan permanen yang
dihuni oleh penduduk yang heterogen.
e.
Menurut
Grunfeld, kota adalah suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih
tinggi daripada kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada kepadatan
penduduk nasional, struktur mata pencaharian non agraris, dan system penggunaan
lahan yang beraneka ragam serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang
lokasinya berdekatan.
2.
Klasifikasi Kota
a.
Berdasarkan Fungsinya
1)
Kota sebagai pusat kebudayaan
Kota
yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan mempunyai potensi budaya yang lebih
dominan dibandingkan dengan potensi yang lain. Potensi budaya tersebut sangat
berkaitan dengan kehidupan agama serta
pusat-pusat kerajaan pada masa silam. Contohny adalah Athena dan
Baghdad.
2)
Kota sebagai pusat perdagangan
Kota-kota
yang mempunyai potensi pengembangan transportasi baik dari darat maupun laut
dapat dikembangkan sebagai pusat perdagangan yang besar. Contohnya adalah New
York, Singapura, Hongkong, dan Bombay.
3)
Kota sebagai pusat industry
Kota
disebut sebagai pusat industry apabila kegiatan industry di kota tersebut lebih
dominan dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya. Contohnya Amsterdam, Atlanta,
dan Caracas.
4)
Kota sebagai pusat pemerintahan
Kota pusat pemerintahan umumnya memiliki hubungan yang
luas dengan kota-kota lainnya. Kota pusat pemerintahan biasanya juga menjadi
tempat berbagai macam kegiatan, baik ekonomi, polotik, social, maupun budaya. Congtohnya
adalah Jakarta, Bangkok, dan Delhi.
5)
Kota sebagai pusat kesehatan
Kota
sebagai pusat rekreasi dan kesehatan apabila kota tersebut mampu menarik
pendatang, baik untuk tujuan rekreasi maupun penyembuhan. Contohnya Bangkok dan Buenos Aires.
b.
Berdasarkan Jumlah Penduduknya
Klasifikasi
kota berdasarkan jumlah penduduk antara lain menurut National Urban Development
Strategic dalam table berikut ini.
Jenis Kota
|
Perkiraan Jumlah Penduduk
|
Kota Kecamatan
Kota Kecil
Kota Sedang
Kota
Besar
Kota
Metropolitan
|
3.000
– 20.000
20.000
– 200.000
200.000
– 500.000
500.000
– 1.000.000
>
1.000.000
|
3.
Perkembangan Kota
Perkembangan
kota adalah suatu perubahan keadaan perkotaan menjadi lebih modern dalam jangka
waktu tertentu.
a.
Factor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Kota
1)
Factor alam
Segala
bentuk perubahan dari factor alam yang terjadi di atasnya berlangsung dalam
waktu yang relative lebih lama jika dibandingkan dengan proses perubahan karena
factor alam sehingga disebutkan bahwa factor alam merupakan factor yang statis
terhadap proses perkembangan kota.
2)
Factor penduduk
Factor
kependudukan merupakan factor yang sangat dinamis terutama apabila ditinjau
dari kuantitasnya. Dua hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota
yaitu pertambahan alami dan tingkat urbanisasi.
3)
Factor budaya
Factor
budaya yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota adalah tingkat
kepandaian manusia dalam mengelola lingkungan kehidupannya. Misalnya penguasaan
manusia pada teknologi.
b.
Tahap-Tahap
Perkembangan Kota
Griffith
Taylor (1958) mengemukakan tahapan perkembangan kota sebagai berikut.
1)
Stadium Infantile
Dalam stadium ini tidak terlihat adanya batas yang jelas
antara daerah permukiman dengan daerah perdagangan. Batas-batas antara kedua
wilayah tersebut masih sulit untuk digambarkan. Toko-toko dan perumahan pemilik toko yang masih menjadi
satu.
2)
Stadium Juvenile
Dalam stadium ini
terlihat bahwa kelompok perumahan tua sudah mulai terdesak oleh
kelompok-kelompok perumahan baru. Selain
itu terlihat pula pemisah antara daerah perkotaan dengan daerah perumahan.
3)
Stadium Mature
Dalam stadium ini
banyak timbul daerah-daerah baru, misalnya daerah industry, perdagangan, serta
perumahan yang sudah mengikuti rencana tertentu.
4)
Stadium Senile
Stadium ini disebut juga stadium kemunduran kota. Hal ini
karena pada stadium ini tampak bahwa dalam setiap zona terjadi
kemunduran-kemunduran karena kuramg adanya pemeliharaan yang dapat disebabkan
oleh factor ekonomi atau politik.
J. M. Houston berpendapat bahwa karakteristik
perkembangan suatu kota melalui tiga tahap sebagai berikut.
1)
Stadium Pembentukan Inti Kota
Stadium ini merupakan
tahap awal dalam perkembangan kota yang dikenal dengan istilah Central
Busssines District (CBD). Pada tahap ini pembangunan gedung-gedung sebagai
penggerak kegiatan mulai berkembang.
2)
Stadium Formatif
Pada tahap ini inti
kota mulai berkembang akibat perkembangan industry. Perkembangan sector industry,
transportasi, dan perdagangan mengakibatkan makin luas dan kompleksnya keadaan
pabrik-pabrik dan perumahan di perkotaan. Perluasan kota ini pada umumnya
terjadi di daerah yang mempunyai aksesibilitas tinggi, misalnya di sepanjang
jalur transportasi.
3)
Stadium Modern
Makin majunya peralatan transportasi dan komunikasi
menyebabkan seseorang tidak lagi bergantung pada tempat tinggal yang harus
dekat dengan tempat bekerja. Oleh karena itu, terdapat gejala perkembangan
fisik kota yang mengarah keluar.
Lewis Munford meninjau perkembangan kota, baik secara
fisik maupun sosio-kultur dengan membagi perkembangan kota menjadi enam tahap
sebagai berikut.
1)
Tahap Eopolis
Pada tahap ini
tercermin adanya perkampungan yang makin maju meskipun kondisi kehidupanya
masih didasarkan pada kegiatan pertanian, pertambangan, dan perikanan.
2)
Tahap Polis
Pada tahap ini ditandai
oleh munculnya pasar yang cukup besar serta munculnya beberapa kegiatan
industry meskipun pengaruhnya masih terbatas.
Oleh karena itu,
pada tahap ini sudah terlihat kenampakan suatu kota walaupun masih dalam skala
kecil.
3)
Tahap Metropolis
Pada tahap ini
kenampakan suatu kota sudah berkembang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh
fungsi-fungsi suatu kota sudah mendominasi kota-kota kecil yang berada di
sekitarnya, misalnya Jakarta dan Surabaya.
4)
Tahap Megalopolis
Pada tahap ini ditandai
dengan perubahan perilaku manusia yang hanya berorientasi pada materi serta
kehidupan birokrasi yang buruk.
5)
Tahap Tiranopolis
Pada tahap ini tolak
ukur budaya dilihat pada sesuatu yang nampak saja, misalnya kekayaan serta
ketidakacuhan mengenai gejala aspek social. Selain itu, kondisi perdagangan
mulai menunjukkan adanya penurunan.
6)
Tahap Nekropolis
Tahap ini disebut
sebagai kota mati karena adanya peperangan, kelaparan, atau penyakit yang
menyerang kota tersebut. Keadaan itu mengakibatkan timbulnya kemunduran
fungsi-fungsi kota sehingga menunjukkan gejala-gejala kehancuran.
c.
Teori Perkembangan Kota
1)
Teori Konsentris
Dikemukakan oleh E.W.
Burgess bahwa kota yang besar mempunyai kecenderungan berkembang ke arah luar
di semua bagian-bagiannya. Oleh karena itu pola keruangan yang dihasilkan akan
berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis dengan daerah pusat kegiatan
sebagai intinya.
2)
Teori Sektor
Dikemukakan oleh Hommer
Hoyt bahwa perkembangan-perkembangan baru yang terjadi dalam kota
berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dimiliki oleh oleh
sector-sektor yang sama terlebih dahulu.
Pertumbuhan
sector-sektor dalam teori ini ada tiga yaitu pertumbuhan vertical, pertumbuhan
memampat, dan pertumbuhan horizontal.
3)
Teori Pusat Kegiatan Ganda
Dikemukakan oleh Harris dan Ulman. Menurutnya suatu kota
dibentuk oleh pusat-pusat kegiatan fungsional kota yang terbesar, kemudian
setiap pusat mempunyai peran yang penting dalam kota. Pusat-pusat tersebut
mempunyai fungsi yang sama tetapi pada umumnya pusat-pusat tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda yang saling menunjang. Dalam teori ini pola
keruangannya tidak lagi konsentris.
4.
Pemekaran
Kota
Pemekaran
kota adalah perluasan wilayah perkotaan yang bertujuan untuk mengimbangi
peningkatan kebutuhan ruang kota akibat perkembangan dan pertumbuhan kota. Dalam pemekaran kota perlu memperhatikan factor-faktor
social, budaya, fisik, politik, dan administratif.
5.
Struktur Tata Ruang Kota
Kondisi
social ekonomi penduduk perkotaan akan mempengaruhi perubahan dan perkembangan
tata ruang kota sehingga membentuk zona-zona perkotaan seperti berikut.
a.
Inti kota
Inti kota adalah pusat
kota yang merupakan tempat berkumpulnya berbagai aktivitas ekonomi, social,
budaya dan pemerintahan. Sarana dn prasarana yang terdapat dalam inti kota
antara lain, kompleks pertokoan, pasar, permukiman, perkantoran, stasiun,
terminal, adsministrasi pemerintahan, sekolah, serta tempat hiburan.
b.
Selaput inti kota
Selaput inti kota
merupakan daerah yang terletak di luar inti kota. Selaput inti kota ini terbentuk akibat
perkembangan inti kota ke arah luar. Perkembangan tersebut dapat membentuk pola-pola unit kegiatan sebagai
berikut.
1)
Sentralisasi,
yaitu timbulnya gejala pengelompokan kegiatan pada tempat utama. Daerah
ini umumnya merupakan pusat keramaian.
2)
Nukleasi, yaitu pusat kegiatan yang
hamper sama dengan sentralisasi, tetapi ukurannya lebih kecil.
3)
Desentralisasi, yaitu timbulnya gejala
pengelompokkan yang menjauh titik pusat.
4)
Segregasi, yaitu kelompok-kelompok
permukiman yang terpisah karena adanya perbedaan social, ekonomi, dan budaya.
c.
Kota satelit
Kota satelit adalah
daerah yang memiliki sifat kekotaan sabagai akibat perkembangan inti kota. Kota
satelit berfungsi sebagai kota produksi di bidang industry.
d.
Sub-urban
Sub-urban adalah suatu
daerah yang lokasinya terletak di sekitar pusat kota atau inti kota dengan luas
mencakup daerah penglaju.
6.
Pertumbuhan Kota di Indonesia
a.
Pertumbuhan kota yang berasal dari pusat
kota
b.
Pertumbuhan kota yang berasal dari pusat
pertumbuhan
c.
Pertumbuhan kota yang berasal dari pusat
administrasi
C.
Interaksi Wilayah Desa dengan Kota
Interaksi
wilayah adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua
wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala atau permasalahan baru.
Interaksi antara wilayah desa dan kota
dapat terjadi karena beberapa factor. Menurut Edward Ullman penyebab timbulnya
interaksi antarwilayah antara lain.
1.
Adanya wilayah yang saling melengkapi
Maksudnya
adalah wilayah-wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda,
baik secara kuantitas maupun kualitas.
Bagi perkotaan, interaksi antara kota dan desa
mempunyai manfaat sebagai berikut.
a.
Terpenuhinya sumber daya alam sebagai
bahan mentah atau bahan baku industry
b.
Terpenuhinya kebutuhan pokok yang
dihasilkan perdesaan
c.
Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja yang
diperlukan bagi perkotaan
d.
Tersedianya tempat pemasaran hasil
industry
Bagi
pedesaan interaksi antara kota dan desa mempunyai manfaat sebagai berikut.
a.
Terpenuhinya
barang-barang yang tidak ada di desa
b.
Masuknya
pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari desa ke kota
c.
Membuka
lapangan kerja baru di sector pertanian.
2.
Adanya kesempatan untuk intervensi
3.
Adanya kemudahan pemindahan dalam ruang
Dampak
Interaksi Desa dengan Kota
a.
Ditinjau
dari aspek ekonomi antara lain.
1.
Memperlancar
hubungan antara desa dan kota
2.
Meningkatkan volume perdagangan antara
desa dan kota
3.
Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi
penduduk desa
4.
Menimbulkan kawasan perdagangan sebagai
tempat untuk melakukan transaksi jual beli
5.
Meningkatkan
pendapatan penduduk desa dan kota
b.
Ditinjau dari aspek social antara lain.
1.
Terjadinya
mobilitas antara desa dan kota
2.
Terjadinya
saling kebergantungan antara desa dan kota khususnya dalam bidang pasokan bahan
mentah dan tenaga kerja
c.
Ditinjau dari aspek budaya antara lain.
1.
Meningkatnya
tingkat pendidikan masyarakat pedesaan
1.
Terjadinya perubahan tingkah laku,
khususnya masyarakat pedesaan
2.
Meningkatnya
potensi sumber daya budaya yang dapat menarik wisatawan.
BAB VI
WILAYAH (REGION) DAN PUSAT PERTUMBUHAN
Standar kompetensi
Menganalisis
wilayah dan pewilayahan
Kompetensi dasar
3.2 Menganalisis kaitan antara konsep wilayah
dan pewilayahan dengan perencanaan pembangunan wilayah
3.3 Menganalisis wilayah dan pewilayahan Negara
maju dan Negara berkembang
A.
Pengertian Wilayah (Region)
Menurut
Walter Isard (1950), ilmu tentang wilayah bertujuan menggabungkan tiga disiplin
ilmu, yaitu ekonomi, geografi, dan planologi. Secara umum wilayah dapat
diartikan sebagai sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal
tertentu dari daerah sekitarnya. Contohnya, sebagian wilayah dari permukaan
bumi dapat disebut sebagai wilayah pertanian karena setiap orang di wilayah
tersebut memiliki sebidang tanah dengan luas tertentu, mengolah tanahnya
menjadi lahan pertanian, dan memiliki alat-alat pertanian tertentu.
Berikut ini beberapa pengertian wilayah oleh para
ahli:
- Menurut P. Vidal de la Blache, wilayah adalah suatu tempat yang didalamnya terdapat banyak hal yang berbeda-beda, tetapi dalam bentuk buatan tergabung secara bersama dan saling menyesuaikan untuk membentuk kebersamaan.
- Menurut M. M. Fenneman, wilayah adalah suatu daerah yang memiliki bentang lahan sejenis dan dapat dibedakan dengan daerah tetangganya.
- Menurut Taylor, wilayah adalah suatu daerah di permukaan bumi yang dapat dibedakan dengan daerah sekitarnya berdasarkan kenampakan karakteristik yang menyatu.
- Menurut Dickinson, wilayah adalah suatu daerah yang didalamnya terdapat kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan terciptanya tata kehidupan ekonomi tertentu.
- Menurut Patt, wilayah adalah suatu daerah yang keberadaannya dikenal berdasarkan keseragaman umum, baik berdasarkan keadaan lahan maupun keadaan penduduknya.
- Menurut Cressey, wilayah (region) adalah keseluruhan dari lahan, air, udara, dan manusia dalam hubungan yang saling menguntungkan. Setiap region merupakan satu keutuhan (entity) yang batasnya jarang ditentukan secara tepat. Menurut Cressey, region merupakan suatu kesatuan esensial antara ciri-ciri fisik dan ciri-ciri budaya.
B.
Konsep Wilayah
Berikut
beberapa konsep wilayah yang muncul sebelum Perang Dunia (PD) I, antara lain:
1.
Wilayah alamiah (natural region)
Konsep ini lebih
mengutamakan pada unit alamiah dalam penggambaran wilayahnya sehingga disebut
wilayah alamiah (natural region).
2.
Wilayah kenampakan tunggal (single
feature region)
Penggolongan wilayah
ini berdasarkan adanya kenampakan tunggal (single feature region),
misalnya kenampakan iklim, vegetasi, dan hewan.
Konsep
wilayah kenampakan tunggal awalnya menggolongkan permukaan bumi menjadi
beberapa wilayah, namun setelah PD I lebih memusatkan pada penggolongan dalam
wilayah sebagian permukaan bumi saja. Sebagai contoh, penggolongan wilayah
iklim oleh Thornthwaite dan penggolongan wilayah fisiografis oleh Fenneman.
- Tahun 1937, Geographical Association mengklasifikasikan wilayah berdasarkan:
a. Jenisnya
(generic region), yang menekankan pada jenis suatu wilayah ,
misalnya wilayah iklim, wilayah pertanian, dan wilayah vegetasi.
b. Kekhususannya
(specific region), merupakan suatu wilayah yang memiliki
ciri-ciri geografi yang khusus dan ditentukan oleh lokasinya dalam hubungannya
dengan wilayah lain, misalnya wilayah kawasan Asia Tenggara. Daerah ini
merupakan daerah tunggal dengan ciri-ciri geografi yang khusus antara lain
lokasi, penduduk, adat, dan bahasa.
- Wilayah seragam (uniform region)
Di
wilayah ini terdapat keseragaman pada kriteria-kriteria tertentu. Contohnya,
wilayah pertanian yang didalamnya terdapat keseragaman antara petani atau
daerah pertanian. Keseragaman tersebut menjadi sifat yang dimiliki oleh
elemen-elemen yang membentuk wilayah.
- Wilayah nodus (nodal region)
Merupakan
wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh pusat-pusat kegiatan yang saling
dihubungkan dengan jalur jalan melingkar. Di dalam wilayah nodus tersebut
terdapat hubungan fungsional antarpusat kegiatan. Menurut G. W. S. Robinson
disebut sebagai wilayah fungsional (functional region).
Sedangkan,
Whitlessey membagi region menjadi tiga jenis, antara lain:
1.
Region topik tunggal (single topic
region), lebih mudah ditentukan karena tidak banyak yang menjadi acuan.
Region topik tunggal akan bermakna jika:
a.
Region tersebut mempunyai koinsidensi
dengan wilayah homogen yang lain.
b.
Region tersebut mempunyai koneksi kausal
dengan wilayah-wilayah lainnya.
2.
Region topik gabungan, terdiri atas:
a.
Region formal (uniform region),
dengan ciri-ciri pokok keseragaman (homogenitas) atau perulangan pola yang
sejenis.
b.
Region fungsional (functional region)
adalah adanya hal-hal berikut:
1)
Semua bagian region berpusat pada suatu
tempat tertentu yang disebut tempat pusat (central place).
2)
Tempat pusat tersebut dihubungkan dengan
wilayah sekitarnya dalam berbagai cara.
3)
Pola sirkulasi yang mengikat pusat
tersebut dengan wilayah sekitarnya.
- “Total” region belum merupakan keseluruhan ruang yang utuh (spatial totality), tetapi meliputi semua ciri atau bentuk, baik fisik, biotik, maupun sosial dari lingkungan yang secara fungsional berasosiasi dengan pemanfaatan bumi oleh manusia.
Menurut
Daldjoeni dalam bukunya Pengantar Geografi Sosial, suatu wilayah (region)
dipandang memiliki homogenitas dalam hal bentuk bentang alamnya (landscape)
dan corak kehidupan masyarakatnya (mata pencaharian dan mentalitas masyarakat).
Contohnya, daerah Gunung Kidul di Yogyakarta yang merupakan daerah karst.
Daerah tersebut dapat digeneralisasikan dengan tanah yang gersang dan agak
tandus, penduduknya miskin, gizi buruk, dan dorongan migrasinya sangat kuat.
C.
Pewilayahan (Regionalisasi)
Pewilayahan
merupakan cara kerja dalam mengelompokkan wilayah-wilayah yang serupa atau memiliki
ciri-ciri yang sama ke dalam suatu kelompok wilayah (region). Menurut
McCaskill, region bukan benda yang berwujud, tetapi hanya sebuah rekaan yang
memiliki batas. Setiap tempat
memiliki kriteria tertentu dan berbeda dengan tempat lain dalam melakukan
pewilayahan. Hal itu disebabkan oleh perbedaan sifat dan karakter tempat yang
bersangkutan. Meskipun kriteria pewilayahan setiap tempat berbeda, tetapi
memiliki tujuan umum yang sama, yaitu mengelompokkan objek atau fenomena
geosfer yang homogen sehingga mudah diidentifikasi. Hasil dari pewilayahan
tersebut adalah wilayah-wilayah atau region-region yang berbeda satu dengan
yang lain.
Pewilayahan
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.
Generalisasi Wilayah (Regional Generalization)
Generalisasi
atau penyamarataan wilayah adalah upaya membagi permukaan bumi menjadi beberapa
bagian dengan cara mengubah atau menghilangkan bagian-bagian yang dianggap
kurang penting agar karakter-karakter tertentu menjadi lebih tampak.
Generalisasi
wilayah dapat diperoleh secara optimal jika memperhatikan dua hal penting,
yaitu tujuan pewilayahan dan ukuran peta (skala peta). Dengan adanya tujuan
dapat diketahui alasan dilakukannya pewilayahan, sedangkan skala peta berfungsi
untuk melihat tingkat kejelasan setiap objek.
2.
Klasifikasi Wilayah (Regional
Classification)
Klasifikasi
wilayah adalah upaya membagi permukaan bumi secara sistematis menjadi
kelompok-kelompok wilayah tertentu. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah adanya keseragaman sifat yang ada pada wilayah tersebut. Berdasarkan
keseragaman itu, selanjutnya dapat dibuat wilayah berdasarkan kelas-kelas
tertentu. Klasifikasi wilayah ini pada umumnya digunakan untuk pewilayahan
lahan dan penggunaannya. Contohnya, suatu lahan dapat dibagi menjadi lahan yang
dapat ditanami dan lahan yang tidak dapat ditanami.
D.
Keberanekaragaman Wilayah (Areal
Differentiation)
Menurut
Hartshorne, areal differentiation adalah perbedaan yang terdapat di
berbagai wilayah di permukaan bumi. Di dalam areal differentiation
terdapat tiga konsep dasar, antara lain:
- Interrelasi dari berbagai jenis gejala yang terikat oleh bumi secara langsung atau tidak langsung.
- Sifat keberanekaragaman dari gejala tersebut serta kompleks-kompleks (tingkat kerumitan) yang dibentuknya disetiap wilayah di bumi.
- Pengungkapan potensi kewilayahan dari gejala atau kompleks-kompleks tersebut.
E.
Pusat Pertumbuhan
Pusat
pertumbuhan adalah wilayah yang tingkat pertumbuhannya sangat cepat dan dapat
dijadikan pusat pembangunan sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
wilayah sekitarnya. Pusat pertumbuhan dapat berupa unit terkecil dari setiap
wilayah, khususnya wilayah pemerintahan, misalnya dalam tingkat desa. Pusat
pertumbuhan pada dasarnya merupakan wilayah (region) beserta ruang (spatial)
didalamnya yang terdiri atas unsur-unsur fisik dan nonfisik. Seluruh unsur
tersebut mampu mendukung kelangsungan hidup penduduk yang ada dan mampu mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitarnya.
1.
Teori-Teori Pusat Pertumbuhan
a.
Teori Kedudukan Pusat (Central Place
Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh Walter Christaller untuk menjawab tiga permasalahan utama,
yaitu faktor-faktor yang menentukan banyaknya, besarnya, dan persebaran kota.
Christaller mengemukakan beberapa konsep, dua diantaranya yang paling penting
adalah tentang range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range
adalah jarang yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhan
hidupnya yang hanya kadang-kadang saja. Sedangkan threshold adalah
jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan
suplai barang.
Barang
dan jasa yang threshold dan rangenya besar disebut barang dan
jasa tingkat tinggi (high order goods and services). Namun, sebaliknya
barang dan jasa yang threshold dan rangenya rendah disebut barang
dan jasa tingkat rendah (low order goods and services). Oleh karena itu,
seharusnya barang dan jasa tingkat tinggi terdapat di kota-kota besar yang
banyak penduduknya.
Dalam
menggambarkan wilayah-wilayah yang berhubugan, Christaller menggunakan bentuk
segi enam (heksagonal). Lingkaran-lingkaran setiap heksagon yang mencerminkan
wilayah-wilayah pasar yang saling bertumpuk dipisahkan oleh garis lurus. Garis
lurus tersebut merupakan jarak terdekat dari pemukiman menuju pusat
pertumbuhan.
Berikut lima asumsi yang dikemukakan oleh Christaller,
antara lain:
1)
Karena
para konsumen yang menanggung ongkos angkutan sehingga jarak ketempat pusat
yang dinyatakan dalam biaya dan waktu dianggap penting.
2)
Karena
para konsumen yang menanggung ongkos angkutan sehingga jangkauan suatu barang
ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
3)
Semua
konsumen dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan adalah menuju
ke tempat pusat yang lokasinya paling dekat.
4)
Kota-kota
berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya. Artinya, ada
hubungan besarnya tempat pusat dengan luasnya wilayah pasaran dan banyaknya
penduduk dengan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan.
5)
Wilayah
tersebut dianggap sebagai dataran yang penduduknya tersebar merata dengan
ciri-ciri ekonomi yang sama, khususnya pendapatan.
Teori Christaller mendapat banyak kritikan dan dinilai
tidak realistis, karena tidak ada wilayah yang homogen dan tidak ada pasar yang
berbentuk heksagon karena kondisi geografi fisiknya.
b.
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole
Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada 1955. Dasar teori
kutub pertumbuhan adalah pengamatan terhadap proses pembangunan. Prinsip dari
teori kutub adalah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan wilayah dimulai dari
sebuah kota tertentu menuju daerah yang tingkatannya lebih rendah. Proses yang berlangsung
di dalam teori kutub pertumbuhan adalah penjalaran dan penetesan (spend and
tickling down) serta penarikan dan pemusatan (back wash and polarization).
Menurut Dusseldrop terbentuknya wilayah-wilayah dalam
kutub pertumbuhan didasarkan pada factor-faktor sebagai berikut :
1)
Prinsip
homogenitas, yaitu adanya persamaan kriteria dalam pewilayahan.
2)
Adanya
hubungan dalam ruang (spasial) wilayah pertumbuhan, misalnya interrelasi.
3)
Terbentuknya
wilayah-wilayah yang lebih khusus dan berbeda dengan wilayah lainnya.
2.
Pusat-Pusat Pertumbuhan Di Indonesia
Ahli
ekonomi Han Redmana menghubungkan teori central place dengan teori growth
pole untuk membahas perencanaan pembangunan di Indonesia. Menurutnya,
pembangunan di Indonesia dilaksanakan melalui pendekatan regional.
a.
Wilayah Pembangunan
Berdasarkan
potensi geografis wilayah Indonesia, dalam pelaksanaan pembangunan dibagi atas
wilayah-wilayah pembangunan. Pewilayah tersebut mulai dilakukan sejak tahun
1974 hingga 1979 (Repelita II). Saat itu wilayah Indonesia dibagi menjadi empat
wilayah pembangunan utama yang mencakup sepuluh wilayah pembangunan ekonomi,
antara lain :
1)
Wilayah Pembangunan Utama A dengan pusat
utama di Medan, yang terbagi menjadi dua wilayah:
a)
Wilayah Pembangunan I, meliputi Aceh dan
Sumatra Utara, pusatnya di Medan.
b)
Wilayah pembangunan II, meliputi Sumatra
Barat dan Riau, pusatnya di Pekan Baru.
2)
Wilayah Pembangunan Utama B, dengan
pusat utama Jakarta, dibagi menjadi tiga wilayah:
a)
Wilayah Pembangunan III, meliputi Jambi,
Sumatra Selatan, dan Bengkulu, pusatnya di Palembang.
b)
Wilayah Pembangunan IV, meliputi
Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIY, pusatnya di Jakarta.
c)
Wilayah Pembangunan VI, meliputi
Kalimantan Barat, pusatnya di Pontianak.
3)
Wilayah Pembangunan Utama C, dengan
pusat utama Surabaya, dibagi menjadi dua wilayah:
a)
Wilayah Pembangunan V, meliputi Jawa
Timur dan Bali, pusatnya di Surabaya.
b)
Wilayah Pembangunan VII, meliputi
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan, pusatnya di
Balikpapan.
4)
Wilayah Pembangunan Utama D, dengan pust
utama di Ujung Pandang, dibagi menjadi tiga wilayah:
a)
Wilayah Pembangunan VIII, meliputi NTB,
NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, pusatnya di Ujung Pandang.
b)
Wilayah Pembangunan IX, meliputi
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, pusatnya di Manado.
c)
Wilayah Pembangunan X, meliputi Maluku
dan Irian Jaya, pusatnya di Sorong.
Namun,
seiring dengan berbagai perkembangan yang ada di Indonesia, perwilayahan
tersebut telah mengalami perubahan. Terutama saat ini banyaknya pemekaran
wilayah berpengaruh pada pola pembangunan yang berlangsung. Selain itu, telah
ada undang-undang tentang otonomi daerah yang memberikan keleluasaan bagi
setiap daerah untuk mengembangkan potensinya masing-masing.
b.
Kawasan Pembangunan Ekonomi
Ketidakseimbangan
pembangunan di Indonesia, khususnya antara kawasan barat dan kawasan timur
mendorong pemerintah untuk membuat pusat-pusat pembangunan dan pengembangan
ekonomi. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pada tahun
2000 dibentuk kawasan andalan sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan
untuk mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan tersebut maka dibentuk Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) berdasarkan Kepres No. 150 tahun 2000.
Salah
satu contoh KAPET adalah KAPET Sasamba yang terdiri dari Kawasan Kota
Samarinda-Sangasanga-Muarajawa-Kota Balikpapan. KAPET Sasamba termasuk dalam
wilayah kerjasama regional negara-negara ASEAN. Lokasi KAPET Sasamba yang
berbatasan dengan negara-negara tersebut membuat posisinya menjadi lebih
strategis untuk berbagai kerjasama.
c.
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
Jumlah
industri nasional yang sebagian besar terpusat di Pulau Jawa, mengakibatkan
tidak meratanya aktivitas ekonomi daerah dan menurunnya daya dukung lingkungan
di Pulau Jawa. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan adanya Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI) yang dikembangkan dengan bertitik tolak dari pembangunan
industri dasar sebagai penggerak yang dapat memacu tumbuh dan berkembangnya
kegiatan social ekonomi lain untuk mewujudkan kesatuan ekonomi nasional.
F.
Keunikan Wilayah Indonesia
Keunikan
fisik wilayah berasosiasi pada potensi sumberdaya alam dan permasalahan
lingkungan yang dapat timbul akibat perubahan penggunaan lahan oleh manusia. Masalah lingkungan tersebut dapat berupa bencana banjir,
kekeringan, longsor, kebakaran, dan sebagainya.
Menurut Prof. Dr. Sutikno, keunikan wilayah Indonesia
yang dapat diamati antara lain:
1.
Letak dan Luas
a.
Nilai
social ekonomi yang strategis.
b.
Kelimpahan
dan keanekaragaman sumberdaya alam dan sumberdaya hayati.
c.
Ancaman bahaya dan bencana.
d.
Intervensi dari luar.
e.
Suatu
kebanggaan dan kepercayaan diri bangsa.
2.
Kondisi Iklim
a.
Tidak ekstrim.
b.
Curah hujan bervariasi.
c.
Periode
basah dan periode kering dengan periode ulang 30 tahun.
3.
Kondisi geologi Indonesia
a.
Struktur
geologi, batuan dan stratigrafi kompleks.
b.
Banyak
mengandung sumberdaya mineral/batuan, bahan tambang.
c.
Rawan bencana geologi: gempa, gunung
api, tsunami dan longsoran.
4.
Keunikan kondisi geomorfologi
a.
Bervariasi dan kompleks
b.
Satuan bentuk lahan: denudasional,
structural, vulkanik, depositional.
c.
Karakteristik bentuk lahan bervariasi:
relief, topografi, batuan penyusun dan proses geomorfiknya.
d.
Setiap satuan bentuk lahan mempunyai
karakterisik dan kualitas yang dapat digunakan untuk penilaian kegunaannya.
5.
Keunikan kondisi hidrologi
a.
Ketersediaan sumberdaya air sangat
besar.
b.
Distribusinya bervariasi menurut ruang
dan waktu.
c.
Sumberdaya airnya terbatas baik jumlah
maupun mutunya sedangkan penduduknya sangat padat.
d.
Sebagian pulau sumberdaya air sangat
besar tetapi penduduk sangat jarang.
6.
Keunikan kondisi tanah
a.
Jenis tanah bervariasi oleh variasi
iklim, litologi, topografi, biota dan waktu.
b.
Sebagian besar tanah di Indonesia
mempunyai kemampuan dan kesesuaian untuk pertanian, tetapi rawan terhadap
erosi.
c.
Masalah yang terkait dengan kondisi
tanah: permeabilitas, kembang kerut, kanduangan unsur hara, erosi, longsoran
dan drainase.
7.
Keunikan kondisi laut
a.
Perairan
laut sangat luas dan bervariasi.
b.
Potensi
sumberdaya alam melimpah: terbaharui/tak terbaharui.
c.
Kondisi hidrooseanografinya memungkinkan
untuk melakukan aktivitas bahari.
d.
Potensi
kelautan dan perikanan sangat besar.
e.
Terumbu
karang dan mangrove luas, ekosistem penting tapi banyak nyang rusak.
f.
Batas perairan laut terbuka.
8.
Kondisi flora dan fauna
a.
Ada tiga zona flora dan fauna
(barat-Wallacea-timur).
b.
Sangat kaya dan tak ternilai.
c.
Pemanfaatan belum optimal, ada yang
berlebih tetapi ada yang baru dimulai.
d.
Sumberdaya hutan menjadi andalan
pendapatan negara, setelah otonomi menjadi tidak menentu.
e.
Hutan mempunyai fungsi ekologis tinggi
terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
BAB IV
NEGARA MAJU DAN
NEGARA BERKEMBANG
Standar Kompetensi
Menganalisis wilayah dan pewilayahan.
Kompetensi Dasar
Menganalisis
wilayah dan pewilayahan di negara maju dan negara berkembang.
A.
Negara Maju
Konsep
lokasi dalam geografi mencakup unsur-unsur lokasi dan tempat, interaksi manusia
dengan lingkungannya, pergerakan/mobilitas serta wilayah/regions.
Unsur-unsur ini, bila ditinjau dari kompleksitas ketatanegaraan dan
perkembangan suatu negara, dapat dibedakan menjadi dua yaitu negara-negara maju
dan negara-negara berkembang.
1.
Karakteristik Negara Maju
Menurut Bank Dunia
(2005), karakteristik negara-negara maju antara lain:
1)
Pendapatan perkapita tinggi
2)
Sebagian
besar tatanan hidup sosial, politik, dan ekonomi yang relatif maju.
3)
Perekonomian
negara biasanya bergantung pada sektor jasa/pelayanan dan industri manufaktur.
4)
Tingkat pertumbuhan penduduk rendah.
5)
Tingkat
pendidikan penduduk tinggi/memadai.
6)
Tingkat
kesehatan dan harapan hidup relative tinggi bagi warga negaranya.
7)
Se.bagian
besar penduduk bertempat tinggal di kota
2.
Negara-Negara Maju G8
Negara-negara
yang tergolong maju hanya mencakup kawasan benua Amerika bagian Utara,
Australia, Eropa Barat dan hanya sebagian kecil Asia. Beberapa negara maju yang
menonjol perannya di dunia antara lain Amerika Serikat, Kanada, Inggris,
Perancis, Italia, Jerman, Jepang, dan Rusia. Kedelapan negara tersebut dikenal
sebagai Kelompok 8 (Group of Eight), yaitu koalisi delapan negara
termaju di dunia, yang merupakan “pelaku-pelaku” ekonomi penting dunia, baik
dalam kawasan regional maupun global.
Peristiwa
terpenting dalam G8 adalah pertemuan ekonomi dan politik tahunan yang dihadiri
para kepala negara dan pejabat-pejabat internasional. Namun, selain itu masih ada pertemuan-pertemuan dan
penelitian-penelitian kebijakan lain
yang lebih kecil.
Beberapa hal yang dapat dicontoh oleh negara-negara
berkembang seperti Indonesia dari negara-negara maju diantaranya adalah
aspek-aspek sumber daya manusia berkualitas sebagai modal utama, teknologi maju
bidang industri, struktur organisasi perusahaan maupun pemerintahan yang
fleksibel namun tangguh, penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
professional, pengelolaan sumber daya secara efisien dan berkesinambungan,
penguasaan pasar dan potensinya, serta adanya kerjasama multi pihak
(pemerintah-pengusaha-masyarakat) yang kesemuanya bermuara pada tujuan akhir
yaitu peningkatan pendapatan nasional. Tentunya dengan dukungan penuh penegakan
hukum, transpirasi, partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat serta
pertanggungan jawab pengelola usaha maupun pemerintahan kepada public secara
benar. Contoh negara maju
adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Jerman, dan Perancis.
B.
Negara
Berkembang
Negara
berkembang adalah suatu Negara yang sumber-sumber ekonomi, penduduk, teknologi,
dan sebagainya dapat berubah tetapi pendapatan perkapitanya agak stabil.
1.
Karakteristik Negara Berkembang
Menurut Bank Dunia (2005), karakteristik negara-negara
berkembang antara lain :
1)
Hampir (selalu) merupakan negara-negara
miskin.
2)
Hampir (semuanya) adalah negara-negara
bekas jajahan bangsa Eropa.
3)
Memiliki hutang.
4)
Tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi.
5)
Tingkat pendidikannya tergolong rendah.
6)
Pendapatan negaranya kebanyakan dari
sumber ekspor hasil-hasil pertanian dan sumber daya alam lain.
7)
Memiliki daya ekspektasi Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah.
8)
Memiliki standar hidup yang rendah
9)
Kurangnya tenaga ahli
10)
Tingkat
penagguran tinggi serta terus bertambah
Negara-negara berkembang (developing countries)
identik dengan keterbelakangan dan kemiskinan penduduknya, dan keadaan tata
pemerintahan yang tidak selalu mapan, walaupun tidak semua. Kelompok
negara-negara ini sangat banyak jumlahnya dan tersebar di hampir seluruh dunia.
Namun kebanyakan kelompok negara ini berada di benua-benua Afrika, sebagian
besar Asia, Amerika Latin, dan sebagian lainnya di Eropa Timur. Contoh
Negara berkembang adalah Indonesia, India, Nigeria, dan Thailand.
1 komentar:
Kenapa gak diisi lagi Pak Agus ini blogg nya.? Hehehe.
Posting Komentar