TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG DI http://aguseka1991.blogspot.com/ TOLONG TINGGALKAN KOMENTAR DI BLOG INI UNTUK PERBAIKAN KEDEPANNYA Perkambangan Oseanogtafi di Indonesia | Agus Eka Setiabudi

Jumat, 07 Desember 2012

Perkambangan Oseanogtafi di Indonesia

Share on :

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah

Hampir 70 persen bagian bumi diselimuti oleh lautan atau perairan. Bumi juga disebut dengan planet biru, hal ini dikarenakan oleh perairan yang lebih mendominasi bumi. Lautan terbentuk jutaan tahun lalu, terbentuk pada masa glasial yaitu oleh pencairan es di kutub. Selain itu akumulasi dari penguapan yang terjadi di daratan dan akhirnya massa air tersebut berubah menjadi hamparan air yang luas yang disebut dengan lautan.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sudah tentu banyak memiliku laut atau perairan. Dari total wilayah Indonesia yang mencapai 5.180.053 km². Perbandingan antara wilayah daratan dan lautan di Indonesia adalah 3:1, yaitu dengan luas sebenarnya daratan Indonesia hanya 1.922.570 km², sedangkan luas lautannya mencapai 3.257.483 km². Jelas bahwa wilayah lautan Indonesia lebih luas dibandingkan dengan daratanya. Tentu saja potensi yang ada di dalamnya pun melimpah. Untuk mengetahui akan hal tersebut perlu diadakannya penelitian – penelitian yang dapat mengekplorasi kekayaan lautan Indonesia.
Oseanografi adalah ilmu yang mengkaji tentang laut. Pada awalnya oseanografi merupakan penelitian yang dilakukan secara biologi, yaitu untuk mengetahui hewan – hewan atau makhluk hidup yang hidup di dalam lautan. Namun seiring perkembangan ilmu, oseanografi sekarang sudah lebih interdisipliner yang tidak hanya mengkaji tentang hewan atau makhluk hidup yang ada di dalam lautan, tetapi juga sudah mempelajari lautan secara keseluruhan, baik fisik maupun makhluk hidup yang ada di lautan.


Dari paparan di atas, maka tim penulis mencoba menyusun makalah yang berjudul Sejarah dan Perkembangan Oseanografi di Indonesia. Dan di bab berikutnya akan dibahas secara lebih rinci tentang sejarah perkembangan oseaonografi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas, maka tim penyusun merumuskan masalah adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana sejarah singkat dan perkembangan oseanografi di dunia?
1.2.2 Bagaimana sejarah dan perkembangan oseanografi di Indonesia?


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Singkat Oseanografi
Oseanografi terdiri dari dua kata: oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani). Secara sederhana kita dapat mengartikan oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti kita ketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.

Sebelum melangkah pada uraian yang lebih jauh, mungkin ada di antara anda yang bertanya: "Apa bedanya oseanografi dan oseanologi?" Kalau kita melihat pada beberapa ensiklopedia yang ada, oseanografi dan oseanologi adalah dua hal yang sama (sinonim). Namun, dari beberapa sumber lain dikatakan bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll ke dalam segala aspek mengenai laut. Anda tinggal pilih, mau setuju dengan pendapat pertama atau kedua.
Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi air laut dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut.

  1. Pengantar Sejarah Oseanografi
 Oseanografi dapat dikatakan sebagai salah satu ilmu pengetahuan terbaru, namun ilmu cabangnya jika diaplikasikan dapat mempelajari dan merekam kejadian beberapa puluh tahun yang lalu. Sejarah perkembangan ilmu ini diawali dari pelayaran pertama, para navigator dan ahli kelautan mulai memperhatikan berbagai hal tentang laut antara lain pasang surut, badai, arus dan  gelombang yang membawa dan menggerakkan rakit mereka selama berada di lautan. Selain mengamati sifat fisik dari laut, mereka juga mengamati kondisi biota yang hidup di laut terutama ikan. Mereka menangkap ikan untuk dimakan, namun tidak menggunakan air laut untuk diminum karena mereka tau air laut itu asin dan tidak dapat diminum.
Pada mulanya pengetahuan tentang laut dibicarakan dari mulut ke mulut selama ribuan tahun lalu dari mitos dan legenda yang ada. Tapi pada 850 SM para naturalis dan filsuf mulai mancoba memahami tentang badan laut dari daratan. Karena orang hanya dapat melihat laut tanpa ujung garis pantainya (dari darat), maka orang berpendapat dan percaya bahwa dunia itu datar. Namun hal ini terpatahkan dengan adanya pelayaran yang dilakukan oleh Columbus pada tahun 1400-an. Columbus menyatakan bumi ini bulat dan ¾ nya diselimuti oleh lautan.
Selanjutnya, oseanografi modern mulai dijadikan ilmu pengetahuan sejak 130 tahun yang lalu yaitu pada akhir abad ke-19. Amerika, Inggris dan Eropa meluncurkan ekspedisi untuk mengeksplorasi arus laut, dasar laut dan kehidupan laut. Ekspedisi Challenger tahun 1872-1876 merupakan ekspedisi ilmiah pertama yang menjelajahi lautan dunia dan dasar lautnya.


A.  Pelaut Polinesia

Gambar 1. Peta Polinesia

Sekitar 30.000 tahun yang lalu, di sepanjang garis pantai barat Samudra Pasifik -sekarang diantara Australia dan Cina- orang-orang mulai bermigrasi ke arah timur melintasi hamparan Samudra Pasifik. Migrasi ini dilakukan karena adanya perang suku, bencana alam dan wabah penyakit. Selanjutnya orang Polinesia ini menjajah pulau-pulau di selatan dan barat Pasifik, dari New Guinea di barat ke Fiji dan Samoa di tengah selama 25.000 tahun lamanya. Mengapa demikian..? Timbul pertanyaan: “ Bagaimanakan orang Polinesia dapat berlayar menempuh jarak ribuan mil tanpa kompas atau alat navigasi yang modern..?
Hal ini menunjukkan bahwa orang Polinesia sanagt mengamati oseanografi dan hidup harmoni dengan laut. Mereka mengamati keadaan laut selama berlayar, seperti keberadaan burung dan kehidupan yang lainnya. Mereka juga merupakan orang pertama yang menggunakan astronomi bintang untuk menavigasi mereka melewati laut. Mereka juga merupakan orang pertama yang membuat peta navigasi atau disebut stick chart.
 
B.   Laut Mediterania dan Mitos Kuno tentang Samudra

 Orang-orang yang tinggal di sekitar Laut Mediterania mulai menjelajahi laut Pelaut dari Mesir dan Fenisia memetakan garis pantai daerah untuk membangun beberapa rute perdagangan. Pada awal peradaban Mediterania, termasuk orang-orang Yunani, telah banyak mitos yang berkembang termasuk dewa dan dewi yang memerintah atas alam, seperti Poseiden dengan tritonnya. Legenda Mediterania, seperti Jason dan Argonauts, juga terlibat petualangan di laut besar dan berbahaya. Banyak  peta lautan dan garis pantai yang berasal dari daerah ini. Para pedagang Mediterania membuat peta untuk membantu mereka mendapatkan jalur pelayaran yang tepat untuk bolak-balik ke berbagai kota di pantai Mediterania.

Sekitar 2.900 tahun yang lalu, orang Yunani mulai keluar dari Mediterania melewati Selat Gibraltar di ujung barat Laut Mediterania, yang memisahkan Eropa dari Afrika, dan Mediterania dari Samudra Atlantik. Hanya di luar Selat Gibraltar, para pelaut Yunani dapat melihat bagaiman pergerakan arus kuat yang bergerak dari utara ke selatan. Karena pelaut hanya melihat arus sungai, mereka berpikir arus kuat itu hanya bagian lain dari sungai yang lebih besar. Kata Yunani untuk sungai adalah okeano, yang merupakan akar dari kata laut.


C.   Eksplorasi Voyages dan Ilmu Pengetahuan

          Sekitar 650 tahun yang lalu, penjelajah Eropa berlayar ke laut untuk menemukan rute perdagangan yang lebih cepat menuju kota-kota di Asia dan Eropa. Pangeran Henry seorang navigator dari Portugal mengakui pentingnya lautan untuk niaga dan kemudian mendirikan pusat belajar ilmu kelautan. Ini merupan lembaga oseanografi pertama.
Pada akhir tahun 1400-an Cristopher Columbus menjadi orang Eropa pertama yang berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik. Dan pada awal tahun 1500-an berlanjut dengan pelayaran Ferdinand Magellan mengelilingi dunia. Awal tahun 1700-an beberapa negara Eropa (Spanyol, Inggris, Prancis) berusaha memperluas kekuasaan mereka hingga ke Hindia Timur melalui jalur lautan.

Perjalanan yang paling terkenal yaitu pada tahun 1768 ketika HMS Endeavour meninggalkan Inggris dan berlayar dibawah pimpinan Kapten James Cook. Lebih dari 10 tahun James Cook telah memimpin tiga ekspedisi mengelilingi dunia dan membuat peta dari berbagai daerah termasuk Australia, Selandia Baru dan Kepulauan Hawaii. Dia adalah pelaut ulung, navigator dan ilmuwan yang selalu mengamati setiap perjalanan pelayarannya dengan tajam. Dialah yang menyatakan bahwa kekurangan vitamin C bagi para nelayan merupakan faktor yang menyebabkan banyak nelayan meninggal selama pelayaran. Sehingga Cook selalu berlayar dengan membawa bekal berupa acar kubis yang kaya akan vitamin C.
Selain sejarah para pelaut yang panjang, sejarah lainnyapun ditorehkan oleh Harrison seorang pembuat lemari berkebangsaan Inggris. Diawali pada tahun 1728, Harrison membuiat jam pendulum untuk membantu mengetahui waktu, namun jamnya tidak berfungsi dengan baik pada kapal yang sedang berlayar. Pada 1736 Harrison membuat jam dengan pegas bukan dari pendulum dan berhasil. Akhirnya dengan alat ini pelaut dapat mengetahui waktu dan jarak barat atau timur dari meridian utama (0 derajat bujur). Jam yang terakhir ini telah diuji dalam pelayaran dari Inggris ke Jamaika dan dapat berfungsi dengan baik.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson (berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka dalam laporan yang diedit oleh Murray. Murray selanjutnya menjadi pemimpin dalam studi mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional pertama adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).



2.2  Sejarah Oseanografi di Indonesia

           Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan perguruan-perguruan tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu lembaga penelitian kelautan yang tertua di Indonesia adalah Lembaga Oseanologi Nasional, yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat menjadi LON-LIPI) yang kini telah berubah namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi. Cikal bakal dari lembaga penelitian ini dulu bernama Zoologish Museum en Laboratorium te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905.
Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dilakukan tahun 1904 oleh KONINGSBENSER, ketika mendirikan laboratorium Perikanan di Jakarta. Lab ini tahun 1919 di ubah menjadi Lab. Biologi Laut, dan akhirnya sejak tahun 1970 menjadi Lembaga Oseanologi Nasional.



Dari waktu ke waktu penelitian tentang kelautan di Indonesia terus dikembangkan baik untuk penelitian skala nasional maupun partisipati dalam penelitian skala internasional. Perkembangan oseanografi di indonesia tersebut dapat dirinci pada penjelasan di bawah ini:

*      The British Challenger Expedition (1872-1876): Hasil dari ekspedisi ini telah dibukukan dalam 50 jilid besar dan dianggap sebagai penemu ilmu pengetahuan kelautan modern,
*      Ekspedisi Sibolga dari Belanda (1899-1900): sangat membantu pengembangan pengetahuan hayati kelautan di Indonesia, Peta batimetri Indonesia pertama yang dibuat oleh Tyderman (1903) didasarkan pada data dari Ekspedisi Sibolga Pada tahun 1919, Laboratorium Penelitan Kelautan (Laboratorium Voor Het Onderzoek der Zee) didirikan
*      Ekspedisi Snellius (1929-1930): menguraikan dan mengungkapkan geologi kelautan dan oseanografi fisik

*      Pada Tahun 1952: orang-orang Denmark dengan Ekspedisi "Galathea" juga mengunjungi Indonesia. Ekspedisi ini mempelajari aspek-aspek biologis laut dalam di Indonesia. Veen (1953): pembuatan peta distribusi salinitas di perairan laut di Indonesia Wyrtki (1957): menemukan gejala naiknya air di Laut Banda Awal thn 1960 merupakan era baru bagi penelitian laut di Indonesia yang aktivitasnya baru dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan dalam negeri

Kemudian Tiga badan nasional diberi tugas untuk mengadakan aktivitas dalam penelitian lautan, berikut:
Ø  Pertama, adalah pengganti dari Marine Research Laboratory yang saat ini dikenal dengan nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P30-LIPI) di Jakarta.
Fungsi-fungsi utama P30-LIPI adalah :
1.      Melakukan penelitian kelautan tentang keadaan fisik, kimia, biologi,  dan aspek-aspek tentang pembentukan permukaan tanah laut.
2.      Mengkoordinasikan pengumpulan data.
3.      Memberikan saran-saran ilmiah kepada Badan-badan Nasional  dan masyarakat tentang masalah-masalah ilmiah yang berhubungan  dengan lautan.
Ø  Kedua, adalah Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) yang saat ini dikenal dengan nama Balai Penelitian Perikanan Laut (Balit Kanlut) yang mempunyai fungsi pekerjaan yang sama seperti halnya yang dilakukan oleh P30-LIPI, namun lebih memusatkan kepada aspekaspek perikanan laut.
Ø  Ketiga, adalah badan yang bernama DISHIDROS (Dinas Hidro-Oseanografi) yang juga mempunyai fungsi yang sama dengan kedua badan yang telah disebutkan diatas tetapi mempunyai tugas yang khusus yaitu menangani Hidrografi laut seperti kedalaman laut, pemetaan mengenai arus dan pasang surut.
Indonesia memiliki Kapal Penelitian “Jalanidhi" (1963) dan "Burudjulasad" (1966), sehingga dapat lebih menggiatkan aktivitas penelitian di bidang kelautan, baik nasional maupun yang bekerjasama dengan dunia internasional, sebagai berikut:
a.       Ekspedisi Baruna I (1964), merupakan Ekspedisi Ilmiah tentang lautan yang pertama di Indonesia dilakukan oleh ilmuwan dalam negeri,
b.      Ekspedisi Baruna II (1966) dan Ekspedisi Cenderawasih (1967),
c.       Tahun 1970-1980, Ekspedisi Lautan India Internasional (IIOE), Ekspedisi tentang kerjasama mempelajari daerah Kuroshio dan sekitarnya (CSK), Koordinasi Komite dari (WESTPAC) Southeast Asia Tectonic and Resources (SEATAR), Operasi Amindo Jaya di Selat Makasar antara Republik Indonesia dan Amerika, Ekspedisi Corindon (RI - Perancis), dan Ekspedisi Snellius II di Perairan Indonesia Timur (RI - Belanda),
d.      Ekspedisi Rumphius I, II, dan III. untuk mengadakan penelitian biosistematika.

*      Kegiatan 1980-sekarang:
1.      East Asian Seas Action Plan (Rencana Aksi Laut Asia Timur) yang dilaksanakan oleh UNEP-COBSEA (Badan Koordinasi mengenai Laut di Asia Timur).
2.      South China Sea Forum (Forum Laut Cina Selatan) yang merupakan forum pemerintah di sekeliling laut Cina Selatan yang dikoordinasikan oleh Indonesia.
3.      ASEAN Marine Science Programs (Program-program ilmiah kelautan ASEAN).
4.      ASEAN-Australia Regional Living Coastal Resources Program (1985-1994) (Program Sumber-sumberdaya Kehidupan Pesisir ASEAN-Australia).
5.      ASEAN-Australia Regional Ocean Dynamics (1985-1995), (Kegiatan laut wilayah ASEAN-Australia).
6.      ASEAN-USA Coastal Resources Management Project (1986-1993), (Proyek Pengelolaan Sumberdaya Laut ASEAN - Amerika).
7.      ASEAN-Canada Marine Polution Criteria (1987 - 1997), (Kriteria pencemaran Laut ASEAN-Canada).
8.      ASEAN-ROK Industrial Use of Marine Biological Resources (1994-1997), (Penggunaan Sumberdaya Biologi Kelautan dalam Industri ASEAN - ROK).
9.      ASEAN-JAPAN Management of Multispacies Resources And Multigear Fisheries.
10.  GEF/UNDP/IMO Regional Program for The Prevention and Management of Marine Pollution in The East Asian Seas, (Program Regional untuk Pencegahan dan Pengelolaan Pencemaran Laut di laut-laut di Asia Timur GEF/UNDP/IMO).

Gambar Kapal “Jalanidhi" (1963)

Gambar Kapal "Burudjulasad" (1966)
BAB III
PENUTUP



Negara kepulauan Indonesia kaya dengan beragam sumber daya laut dan pesisir. Bermacan jenis ikan, burung laut, termbu karang, mangrove, dan biota lainnya hidup di laut yang terbentang di antara ribuan pulau. Berbagai tipe pantai, teluk, angin, gelombang, mineral dan sumber daya lainnya terhampar luas di pesisir dan laut lepas. Kekayaan sumberdaya tersebut bukan saja menjadi penghidupan bagi penduduk di sekitar laut tetapi juga mendatangkan pendapatan dan devisa bagi negara. Dengan demikian laut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain seperti yang disebutkan di bawah ini :
1.      Bidang transportasi
2.      Perikanan
3.      Pertambangan
4.      Bahan baku obat-obatan
5.      Potensi energi
6.      Rekreasi dan pariwisata
7.      Pendidikan dan penelitian
8.      Konservasi alam
9.      Pertahanan dan keamanan nasional, dsb 
Diharapkan penelitian demi penelitian terus dikembangkan untuk kepentingan kelautan di Indonesia. Agar Indonesia mampu memaksimalkan potensi kelautan yang dimiliki.






1 komentar:

Fst mengatakan...

Informasi yg sangat bermanfaat, Terima kasih. Jangan lupa Kunjungi http://biologi.uma.ac.id