BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Hampir
70 persen bagian bumi diselimuti oleh lautan atau perairan. Bumi juga disebut
dengan planet biru, hal ini dikarenakan oleh perairan yang lebih mendominasi
bumi. Lautan terbentuk jutaan tahun lalu, terbentuk pada masa glasial yaitu
oleh pencairan es di kutub. Selain itu akumulasi dari penguapan yang terjadi di
daratan dan akhirnya massa air tersebut berubah menjadi hamparan air yang luas
yang disebut dengan lautan.
Indonesia
merupakan Negara kepulauan yang sudah tentu banyak memiliku laut atau perairan.
Dari total wilayah Indonesia yang mencapai 5.180.053 km². Perbandingan antara
wilayah daratan dan lautan di Indonesia adalah 3:1, yaitu dengan luas
sebenarnya daratan Indonesia hanya 1.922.570 km², sedangkan luas lautannya
mencapai 3.257.483 km². Jelas bahwa wilayah lautan Indonesia lebih luas
dibandingkan dengan daratanya. Tentu saja potensi yang ada di dalamnya pun
melimpah. Untuk mengetahui akan hal tersebut perlu diadakannya penelitian –
penelitian yang dapat mengekplorasi kekayaan lautan Indonesia.
Oseanografi
adalah ilmu yang mengkaji tentang laut. Pada awalnya oseanografi merupakan
penelitian yang dilakukan secara biologi, yaitu untuk mengetahui hewan – hewan
atau makhluk hidup yang hidup di dalam lautan. Namun seiring perkembangan ilmu,
oseanografi sekarang sudah lebih interdisipliner yang tidak hanya mengkaji
tentang hewan atau makhluk hidup yang ada di dalam lautan, tetapi juga sudah
mempelajari lautan secara keseluruhan, baik fisik maupun makhluk hidup yang ada
di lautan.
Dari
paparan di atas, maka tim penulis mencoba menyusun makalah yang berjudul Sejarah
dan Perkembangan Oseanografi di Indonesia. Dan di bab berikutnya akan dibahas
secara lebih rinci tentang sejarah perkembangan oseaonografi di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
paparan latar belakang di atas, maka tim penyusun merumuskan masalah adalah
sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimana sejarah singkat dan perkembangan oseanografi di dunia?
1.2.2
Bagaimana sejarah dan perkembangan oseanografi di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Oseanografi
Oseanografi
terdiri dari dua kata: oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti
gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani). Secara sederhana kita dapat
mengartikan oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam
bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan
penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut
sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti kita ketahui bahwa bumi terdiri
dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan
bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan
sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke
dalam biosfer.
Sebelum melangkah pada uraian yang lebih jauh, mungkin ada di antara anda yang bertanya: "Apa bedanya oseanografi dan oseanologi?" Kalau kita melihat pada beberapa ensiklopedia yang ada, oseanografi dan oseanologi adalah dua hal yang sama (sinonim). Namun, dari beberapa sumber lain dikatakan bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll ke dalam segala aspek mengenai laut. Anda tinggal pilih, mau setuju dengan pendapat pertama atau kedua.
Sebelum melangkah pada uraian yang lebih jauh, mungkin ada di antara anda yang bertanya: "Apa bedanya oseanografi dan oseanologi?" Kalau kita melihat pada beberapa ensiklopedia yang ada, oseanografi dan oseanologi adalah dua hal yang sama (sinonim). Namun, dari beberapa sumber lain dikatakan bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll ke dalam segala aspek mengenai laut. Anda tinggal pilih, mau setuju dengan pendapat pertama atau kedua.
Secara
umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama
yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di
bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut
seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia
oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi air laut dan yang terakhir
biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan
flora dan fauna di laut.
1. Pengantar Sejarah Oseanografi
Oseanografi dapat dikatakan sebagai
salah satu ilmu pengetahuan terbaru, namun ilmu cabangnya jika diaplikasikan
dapat mempelajari dan merekam kejadian beberapa puluh tahun yang lalu. Sejarah
perkembangan ilmu ini diawali dari pelayaran pertama, para navigator dan ahli
kelautan mulai memperhatikan berbagai hal tentang laut antara lain pasang
surut, badai, arus dan gelombang yang membawa dan menggerakkan rakit
mereka selama berada di lautan. Selain mengamati sifat fisik dari
laut, mereka juga mengamati kondisi biota yang hidup di laut terutama ikan.
Mereka menangkap ikan untuk dimakan, namun tidak menggunakan air laut untuk
diminum karena mereka tau air laut itu asin dan tidak dapat diminum.
Pada mulanya pengetahuan tentang laut dibicarakan dari mulut
ke mulut selama ribuan tahun lalu dari mitos dan legenda yang ada. Tapi pada
850 SM para naturalis dan filsuf mulai mancoba memahami tentang badan laut dari
daratan. Karena orang hanya dapat melihat laut tanpa ujung garis pantainya
(dari darat), maka orang berpendapat dan percaya bahwa dunia itu datar. Namun
hal ini terpatahkan dengan adanya pelayaran yang dilakukan oleh Columbus pada
tahun 1400-an. Columbus menyatakan bumi ini bulat dan ¾ nya diselimuti oleh
lautan.
Selanjutnya, oseanografi modern mulai dijadikan ilmu
pengetahuan sejak 130 tahun yang lalu yaitu pada akhir abad ke-19. Amerika,
Inggris dan Eropa meluncurkan ekspedisi untuk mengeksplorasi arus laut, dasar
laut dan kehidupan laut. Ekspedisi Challenger tahun 1872-1876 merupakan ekspedisi ilmiah pertama
yang menjelajahi lautan dunia dan dasar lautnya.
A.
Pelaut Polinesia
Gambar 1. Peta Polinesia
Sekitar 30.000 tahun yang lalu, di sepanjang
garis pantai barat Samudra Pasifik -sekarang diantara Australia dan Cina- orang-orang mulai
bermigrasi ke arah timur melintasi hamparan Samudra Pasifik. Migrasi ini dilakukan karena adanya
perang suku, bencana alam dan wabah penyakit. Selanjutnya orang Polinesia ini menjajah
pulau-pulau di selatan dan barat Pasifik, dari New Guinea di barat ke Fiji dan
Samoa di tengah
selama 25.000 tahun lamanya. Mengapa demikian..? Timbul pertanyaan: “ Bagaimanakan orang
Polinesia dapat berlayar menempuh jarak ribuan mil tanpa kompas atau alat
navigasi yang modern..?
Hal
ini menunjukkan bahwa orang Polinesia sanagt mengamati oseanografi dan hidup
harmoni dengan laut. Mereka mengamati keadaan laut selama berlayar, seperti
keberadaan burung dan kehidupan yang lainnya. Mereka juga merupakan orang
pertama yang menggunakan astronomi bintang untuk menavigasi mereka melewati
laut. Mereka juga merupakan orang pertama yang membuat peta navigasi atau
disebut stick chart.
B. Laut
Mediterania dan Mitos Kuno tentang Samudra
Orang-orang yang tinggal di sekitar
Laut Mediterania mulai menjelajahi laut Pelaut dari Mesir dan Fenisia
memetakan garis pantai daerah untuk membangun beberapa rute perdagangan. Pada awal peradaban
Mediterania, termasuk
orang-orang Yunani, telah banyak mitos yang berkembang termasuk dewa dan dewi yang memerintah
atas alam, seperti Poseiden dengan tritonnya. Legenda Mediterania, seperti
Jason dan Argonauts, juga terlibat petualangan di laut besar dan berbahaya.
Banyak peta lautan dan garis pantai yang berasal dari daerah ini. Para pedagang
Mediterania membuat peta untuk membantu mereka mendapatkan jalur pelayaran yang
tepat untuk bolak-balik ke berbagai kota di pantai Mediterania.
Sekitar 2.900 tahun yang lalu, orang Yunani
mulai keluar dari Mediterania
melewati Selat Gibraltar di ujung barat Laut Mediterania, yang memisahkan
Eropa dari Afrika, dan Mediterania dari Samudra Atlantik. Hanya di luar Selat
Gibraltar, para pelaut Yunani dapat melihat bagaiman pergerakan arus kuat yang bergerak dari utara ke
selatan. Karena pelaut hanya melihat arus
sungai, mereka berpikir arus kuat itu hanya bagian lain dari sungai yang lebih
besar. Kata Yunani untuk sungai adalah okeano, yang merupakan
akar dari kata laut.
C. Eksplorasi Voyages dan Ilmu Pengetahuan
Sekitar 650 tahun yang lalu, penjelajah Eropa berlayar ke laut untuk menemukan rute perdagangan yang lebih cepat menuju kota-kota di Asia dan Eropa. Pangeran Henry seorang navigator dari Portugal mengakui pentingnya lautan untuk niaga dan kemudian mendirikan pusat belajar ilmu kelautan. Ini merupan lembaga oseanografi pertama.
Pada akhir tahun 1400-an Cristopher Columbus menjadi orang
Eropa pertama yang berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik. Dan pada
awal tahun 1500-an berlanjut dengan pelayaran Ferdinand Magellan mengelilingi
dunia. Awal tahun 1700-an beberapa negara Eropa (Spanyol, Inggris, Prancis)
berusaha memperluas kekuasaan mereka hingga ke Hindia Timur melalui jalur
lautan.
Perjalanan yang paling terkenal yaitu pada tahun 1768 ketika
HMS Endeavour meninggalkan Inggris dan berlayar dibawah pimpinan Kapten James
Cook. Lebih dari 10 tahun James Cook telah memimpin tiga ekspedisi mengelilingi
dunia dan membuat peta dari berbagai daerah termasuk Australia, Selandia Baru
dan Kepulauan Hawaii. Dia adalah pelaut ulung, navigator dan ilmuwan yang
selalu mengamati setiap perjalanan pelayarannya dengan tajam. Dialah yang menyatakan
bahwa kekurangan vitamin C bagi para nelayan merupakan faktor yang menyebabkan
banyak nelayan meninggal selama pelayaran. Sehingga Cook selalu berlayar dengan
membawa bekal berupa acar kubis yang kaya akan vitamin C.
Selain sejarah para pelaut yang panjang, sejarah lainnyapun
ditorehkan oleh Harrison seorang pembuat lemari berkebangsaan Inggris. Diawali
pada tahun 1728, Harrison membuiat jam pendulum untuk membantu mengetahui
waktu, namun jamnya tidak berfungsi dengan baik pada kapal yang sedang
berlayar. Pada 1736 Harrison membuat jam dengan pegas bukan dari pendulum dan
berhasil. Akhirnya dengan alat ini pelaut dapat mengetahui waktu dan jarak
barat atau timur dari meridian utama (0 derajat bujur). Jam yang terakhir ini
telah diuji dalam pelayaran dari Inggris ke Jamaika dan dapat berfungsi dengan
baik.
Studi menyeluruh
(komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan dilakukannya ekspedisi
Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama C.W. Thomson
(berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (berkebangsaan Kanada). Istilah
Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka dalam laporan yang diedit oleh
Murray. Murray selanjutnya menjadi pemimpin dalam studi mengenai sedimen laut.
Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang
laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi
mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan
ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional pertama
adalah The International Council for the Exploration of the Sea (1901).
2.2
Sejarah Oseanografi di Indonesia
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan perguruan-perguruan tinggi dalam bidang kelautan. Salah satu lembaga penelitian kelautan yang tertua di Indonesia adalah Lembaga Oseanologi Nasional, yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat menjadi LON-LIPI) yang kini telah berubah namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi. Cikal bakal dari lembaga penelitian ini dulu bernama Zoologish Museum en Laboratorium te Buitenzorg yang didirikan pada tahun 1905.
Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dilakukan
tahun 1904 oleh KONINGSBENSER, ketika mendirikan laboratorium Perikanan di
Jakarta. Lab ini tahun 1919 di ubah menjadi Lab. Biologi Laut, dan akhirnya
sejak tahun 1970 menjadi Lembaga Oseanologi Nasional.
Dari waktu ke waktu penelitian tentang kelautan di Indonesia
terus dikembangkan baik untuk penelitian skala nasional maupun partisipati
dalam penelitian skala internasional. Perkembangan oseanografi di indonesia tersebut
dapat dirinci pada penjelasan di bawah ini:
The British Challenger Expedition (1872-1876): Hasil dari
ekspedisi ini telah dibukukan dalam 50 jilid besar dan dianggap sebagai penemu
ilmu pengetahuan kelautan modern,
Ekspedisi Sibolga dari Belanda (1899-1900): sangat membantu
pengembangan pengetahuan hayati kelautan di Indonesia, Peta batimetri Indonesia
pertama yang dibuat oleh Tyderman (1903) didasarkan pada data dari Ekspedisi
Sibolga Pada tahun 1919, Laboratorium Penelitan Kelautan (Laboratorium Voor
Het Onderzoek der Zee) didirikan
Ekspedisi Snellius (1929-1930): menguraikan dan mengungkapkan
geologi kelautan dan oseanografi fisik
Pada Tahun 1952: orang-orang Denmark dengan Ekspedisi "Galathea"
juga mengunjungi Indonesia. Ekspedisi ini mempelajari aspek-aspek biologis laut
dalam di Indonesia. Veen (1953): pembuatan peta distribusi salinitas di
perairan laut di Indonesia Wyrtki (1957): menemukan gejala naiknya air di Laut
Banda Awal thn 1960 merupakan era baru bagi penelitian laut di Indonesia yang
aktivitasnya baru dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan dalam negeri
Kemudian Tiga badan nasional diberi tugas untuk mengadakan
aktivitas dalam penelitian lautan, berikut:
Ø Pertama, adalah pengganti dari Marine Research Laboratory yang
saat ini dikenal dengan nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi
(P30-LIPI) di Jakarta.
Fungsi-fungsi utama P30-LIPI adalah :
1.
Melakukan penelitian kelautan tentang keadaan fisik, kimia,
biologi, dan aspek-aspek tentang
pembentukan permukaan tanah laut.
2.
Mengkoordinasikan pengumpulan data.
3.
Memberikan saran-saran ilmiah kepada Badan-badan Nasional dan masyarakat tentang masalah-masalah ilmiah
yang berhubungan dengan lautan.
Ø Kedua, adalah Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) yang saat
ini dikenal dengan nama Balai Penelitian Perikanan Laut (Balit Kanlut) yang
mempunyai fungsi pekerjaan yang sama seperti halnya yang dilakukan oleh
P30-LIPI, namun lebih memusatkan kepada aspekaspek perikanan laut.
Ø Ketiga, adalah badan yang bernama DISHIDROS (Dinas
Hidro-Oseanografi) yang juga mempunyai fungsi yang sama dengan kedua badan yang
telah disebutkan diatas tetapi mempunyai tugas yang khusus yaitu menangani
Hidrografi laut seperti kedalaman laut, pemetaan mengenai arus dan pasang surut.
Indonesia memiliki Kapal Penelitian “Jalanidhi" (1963) dan
"Burudjulasad" (1966), sehingga dapat lebih menggiatkan aktivitas
penelitian di bidang kelautan, baik nasional maupun yang bekerjasama dengan
dunia internasional, sebagai berikut:
a.
Ekspedisi Baruna I (1964),
merupakan Ekspedisi Ilmiah tentang lautan yang pertama di Indonesia dilakukan
oleh ilmuwan dalam negeri,
b.
Ekspedisi Baruna II (1966) dan
Ekspedisi Cenderawasih (1967),
c.
Tahun 1970-1980, Ekspedisi Lautan
India Internasional (IIOE), Ekspedisi tentang kerjasama mempelajari daerah
Kuroshio dan sekitarnya (CSK), Koordinasi Komite dari (WESTPAC) Southeast
Asia Tectonic and Resources (SEATAR), Operasi Amindo Jaya di Selat Makasar
antara Republik Indonesia dan Amerika, Ekspedisi Corindon (RI - Perancis), dan
Ekspedisi Snellius II di Perairan Indonesia Timur (RI - Belanda),
d.
Ekspedisi Rumphius I, II, dan III.
untuk mengadakan penelitian biosistematika.
Kegiatan 1980-sekarang:
1.
East Asian Seas Action Plan (Rencana Aksi
Laut Asia Timur) yang dilaksanakan oleh UNEP-COBSEA (Badan Koordinasi mengenai
Laut di Asia Timur).
2.
South China Sea Forum (Forum Laut Cina Selatan) yang
merupakan forum pemerintah di sekeliling laut Cina Selatan yang dikoordinasikan
oleh Indonesia.
3.
ASEAN Marine Science Programs (Program-program ilmiah
kelautan ASEAN).
4.
ASEAN-Australia Regional Living Coastal Resources Program (1985-1994)
(Program Sumber-sumberdaya Kehidupan Pesisir ASEAN-Australia).
5.
ASEAN-Australia Regional Ocean Dynamics (1985-1995),
(Kegiatan laut wilayah ASEAN-Australia).
6.
ASEAN-USA Coastal Resources Management Project (1986-1993),
(Proyek Pengelolaan Sumberdaya Laut ASEAN - Amerika).
7.
ASEAN-Canada Marine Polution Criteria (1987 - 1997),
(Kriteria pencemaran Laut ASEAN-Canada).
8.
ASEAN-ROK Industrial Use of Marine Biological Resources (1994-1997),
(Penggunaan Sumberdaya Biologi Kelautan dalam Industri ASEAN - ROK).
9.
ASEAN-JAPAN Management of Multispacies Resources And
Multigear Fisheries.
10. GEF/UNDP/IMO Regional
Program for The Prevention and Management of Marine Pollution in The East Asian
Seas, (Program Regional untuk Pencegahan dan Pengelolaan Pencemaran Laut di
laut-laut di Asia Timur GEF/UNDP/IMO).
Gambar Kapal “Jalanidhi"
(1963)
Gambar Kapal "Burudjulasad"
(1966)
BAB III
PENUTUP
Negara
kepulauan Indonesia kaya dengan beragam sumber daya laut dan pesisir. Bermacan
jenis ikan, burung laut, termbu karang, mangrove, dan biota lainnya hidup di
laut yang terbentang di antara ribuan pulau. Berbagai tipe pantai, teluk,
angin, gelombang, mineral dan sumber daya lainnya terhampar luas di pesisir dan
laut lepas. Kekayaan sumberdaya tersebut bukan saja menjadi penghidupan bagi
penduduk di sekitar laut tetapi juga mendatangkan pendapatan dan devisa bagi
negara. Dengan demikian laut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
antara lain seperti yang disebutkan di bawah ini :
1. Bidang transportasi
2. Perikanan
3. Pertambangan
4. Bahan baku obat-obatan
5. Potensi energi
6. Rekreasi dan pariwisata
7. Pendidikan dan penelitian
8. Konservasi alam
9. Pertahanan dan keamanan nasional,
dsb
Diharapkan
penelitian demi penelitian terus dikembangkan untuk kepentingan kelautan di
Indonesia. Agar Indonesia mampu memaksimalkan potensi kelautan yang dimiliki.
1 komentar:
Informasi yg sangat bermanfaat, Terima kasih. Jangan lupa Kunjungi http://biologi.uma.ac.id
Posting Komentar